Sabtu, 23 Februari 2008

Langkah Jitu Menyelesaikan Masalah

Langkah Jitu Menyelesaikan Masalah

Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS Al-Baqarah [2]: 216)

Tidak ada yang paling dekat dengan kehidupan kita selain masalah. Di mana pun kita berada, ke mana pun kita pergi, dan kapan pun kita bergerak, masalah akan selalu mendampingi kita.

Apa yang dimaksud dengan masalah? Sederhananya, masalah adalah ketidaksesuaian antara apa yang kita harapkan dengan kenyataan. Kita menginginkan A, tapi kenyataan menunjukkan B, itu adalah masalah. Kita menginginkan banyak uang, tapi kenyataannya kita tidak punya uang, itu juga masalah. Pokoknya, semua hal yang tidak sesuai dengan keinginan diri adalah masalah.

Karena itu, persoalannya bukan pada masalah; persoalannya terletak pada cara kita memandang masalah. Apakah kita memandang masalah sebagai beban atau sebagai sarana meningkatkan kualitas diri, itulah yang harus menjadi perhatian. Maka, jangan takut menghadapi masalah, tapi takutlah bila kita salah menyikapinya.

Saudaraku, suatu pekerjaan akan bisa maksimal kalau kita melakukannya sesuai prosedur. Umumnya, setiap aktivitas mempunyai prosedurnya masing-masing. Misalnya shalat. Rukun Islam yang kedua ini memiliki prosedur pengerjaan. Diawali dengan wudhu, kemudian melakukan shalat dengan gerakan yang telah ditentukan secara berurutan (tuma'ninah). Tanpa menjalani prosedur ini secara berurutan, tidak mungkin shalat kita akan diterima. Segalanya harus sesuai prosedur.

Demikian pula dengan menyelesaikan masalah. Ada prosedur-prosedur khusus yang harus dilewati agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga prosedur yang dapat kita lakukan agar masalah bisa mendatangkan kebaikan, yaitu:

1. Persiapan
Persiapan erat kaitannya dengan mental. Langkah awalnya adalah menyadari bahwa kita punya masalah. Tanpa adanya kesadaran, mustahil kita bisa memperbaiki diri. Setelah itu, cobalah untuk menghimpun input (informasi) dari orang lain tentang masalah tersebut. Semakin banyak input, insya Allah akan semakin baik. Langkah ketiga adalah memetakan masalah yang didasarkan pada input tersebut. Cari, hal-hal apa saja yang menjadi sumber masalah.

Misal, kita merasa bahwa kita kurang berilmu; kurang wawasan (langkah pertama). Setelah sadar kita kurang wawasan, bertanyalah pada orang-orang yang sering berinteraksi dengan kita, misal suami/istri, teman, tetangga, dan lainnya. Apa benar kita seperti itu? Bagaimana pandangan mereka terhadap kita? Kekurangan kita itu di bidang apa? Apakah kita malas belajar? dan sebagainya (langkah kedua). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, segeralah kita petakan masalah: Apa yang menyebabkan kita kurang wawasan? Mungkin kita malas belajar, salah memilih pergaulan, tidak punya biaya untuk pengembangan diri, dan lainnya (langkah ketiga).

2. Solusi
Bila tahap persiapan sudah kita lalui, segera kita bertanya tentang solusi. Langkah pertama adalah menghimpun solusi. Tanyalah orang tentang solusi yang paling memungkinkan: "Bagaimana cara agar kita menjadi orang berilmu". Himpun solusi sebanyak mungkin. Bertanyalah pada orang-orang yang dapat dipercaya. Setelah itu petakan solusi. Cara seperti apa yang mungkin kita lakukan. Apakah kita harus masuk pesantren, ikut pengajian, membaca buku, dan lainnya. Langkah ketiga, buatlah rencana aksi yang tertulis dan terukur. Misal, dalam seminggu berapa buku yang harus dibaca atau pengajian mana yang harus kita datangi. Rencana aksi tersebut harus jelas, spesifik, terukur, dan tidak mengawang-awang.

3. Pelaksanaan
Setelah mental kita siap dan solusi pun sudah ada, segeralah bertindak. Jangan ditunda-tunda. Yang tak kalah penting, apa yang kita lakukan harus terus dikontrol dan dievaluasi. Wallahu a'lam.

( Abdullah Gymnastiar )

Tidak ada komentar: