Rabu, 09 Januari 2008

Boikot Produk Amerika dan AS, SEBUAH kEMUSTAHILAN


Boikot Produk Amerika dan AS, SEBUAH kEMUSTAHILAN
(Suara Hidayatullah)
oleh Faris Khoirul Anam


Pada liburan musim panas lalu, saya berkesempatan mengunjungi Rubath Ba'asyin, sebuah desa kecil di lembah (wady) Dou'an, Provinsi Hadramaut. Kebetulan saya sedang menempuh studi di sebuah universitas di provinsi yang sama.

Tidak ada yang lebih menarik dari perjalanan yang melelahkan dan sedikit "membuat putus asa" ini (karena tidak ada transportasi umum, ditambah kondisi jalan yang tak beraspal), kecuali profil desa Rubath yang begitu menarik. Dari desa inilah asal Muhammad Awadl, ayah kandung Osama bin Laden, sebelum hijrah dan menjadi milyuner Arab Saudi.

Selain beberapa buah pipa sumbangan Muhammad Awadl yang mengalirkan air dari bendungan di Wady Dzahab ke rumah-rumah penduduk, "peninggalan" Muhammad di desa yang menempel di bukit itu adalah bekas rumahnya yang terbuat dari tanah (seperti rumah-rumah di Hadramaut pada umumnya), dilapisi semen putih dan berukuran cukup besar. Rumah tersebut, sebagian kini dijadikan madrasah/sekolah, dan sebagian lagi ditempati keluarga yang saya tidak tahu pasti hubungan mereka dengan keluarga bin Laden.

Menurut informasi teman yang mengantar saya, yang kebetulan penduduk asli desa tersebut, istri pemilik toko tepat di samping rumah yang mirip benteng itu, masih mempunyai 'nama belakang' bin Laden. Jika benar demikian, berarti hubungan kekeluargaannya dengan pemimpin Al Qaedah yang menjadi musuh besar AS masih tergolong dekat, mengingat qabilah / marga bin Laden tidak begitu besar bila dibandingkan qabilah-qabilah lain yang ada di Arab.

Lalu, apa hubungan "cerita perjalanan" ini dengan usaha pemboikotan terhadap segala produk AS dan Yahudi ?

Yang saya alami ini mungkin sekedar contoh dominasi produk AS dan konsekuensi kita sebagai muslim yang telah lama mendengar pemboikotan produk AS dan Yahudi. Bukan hanya sejak isu serangan AS ke Irak saat ini, atau saat serangan ke Afghanistan beberapa bulan lalu. "Ancaman" pemboikotan sebenarnya sudah lama kita dengar.

Di toko kecil di samping rumah tua keluarga bin Laden itu, yang juga milik suami salah satu keluarga bin Laden yang tidak ikut berimigrasi ke Saudi Arabia, produk-produk kecil AS (sabun, minuman, dsb) masih bisa kita lihat, bahkan mendominasi! Ini bisa dikatakan hanya sekedar ungkapan bahwa, bagaimanapun juga, produk AS dan Yahudi telah menjadi bagian hidup kaum muslimin, apapun "background" keluarga mereka atau dari lapisan masyarakat mana mereka berasal. Seakan perlu perjuangan berat dan panjang dalam usaha pemboikotan secara total dan maksimal.

Sepanjang yang disaksikan zaman, kaum muslimin tidak pernah bersatu dalam memegang konsekuensi, dan tidak pernah sehati dalam mencapai tujuan dan target yang sama.

Kita semua tahu bagaimana AS mempecundangi negara-negara Islam, menyudutkan, menekan, bahkan menyerang. Kita juga tahu, Israel terus membunuhi saudara-saudara kita di Bumi Palestina dengan senjata-senjata Amerika. Israel berada "di atas angin" dalam melancarkan agresi militernya di Palestina dengan senjata yang amat canggih karena sokongan dana Amerika yang tak pernah berhenti. Dan ironisnya, dana yang besar ini terkumpul karena "peran" kita sendiri. Kita sendiri yang menjadikan negeri kita dibanjiri produk AS dan Yahudi, kemudian mengirim hasil penjualannya ke negeri mereka untuk selanjutnya dijadikan senjata pembunuh saudara-saudara kita.

Melihat pembantaian kaum muslimin di beberapa negara, banyak pihak berharap bisa terjun berjihad, namun menjadi "putus asa" karena tak ada jalan ke arah sana. Padahal, pintu jihad sangatlah banyak dan terbuka di depan mata kita. Di antaranya adalah pemboikotan produk-produk tersebut, yang telah begitu lama digembar-gemborkan di negara-negara muslim. Bagi mereka yang banyak mendendangkan kata jihad dan mengeluh karena tak menemukan jalan, silakan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk merealisasikan "perang" baru ini secara total dan menyeluruh.

Benar, masih kita dapati pemerintah negara-negara Arab dan Islam yang terus menggantungkan diri pada Amerika, atau pengusaha-pengusaha muslim yang lebih senang menjadikan perusahaan Amerika sebagai partner bisnis, hingga negaranya dipenuhi produk-produk musuh Islam dan menjadi pasar besar produksinya. Ini terjadi, namun "kekuasaan" ada di tangan ummat. Kita bisa memboikot, bahkan mengikis habis komoditi tersebut lalu memaksa mereka membuangnya ke tong sampah karena tak lagi laku di pasaran… Kenapa kita tidak melakukannya?

Ini akan menjadi pekerjaan mudah --dengan pertolongan Allah SWT-- karena dalam realisasi kita tak melewati rumitnya birokrasi, juga tak membutuhkan peraturan resmi pemerintah. Biarkan pemerintah berasyik masyuk dengan Amerika dan Zionis, sebagai muslim mari kita tanamkan dalam hati totalitas keikhlasan dan keimanan untuk menempuh salah satu cara jihad ini. "Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu" (Al Anfal : 9). Mari kita perbarui bai'at (perjanjian) kita di hadapan Allah SWT. "Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman" (Ar Ruum : 47).

Kita merasa senang dan mendapat angin segar dengan fenomena "Perang Cola" yang sudah mencapai tingkat "menyaingi produk AS", (Hidayatullah.com, 12/10/02). Semoga ini bisa diikuti perusahaan dan negara lain. Untuk mengembalikan dan menampakkan citra kejayaan Islam di hadapan musuh-musuh Allah. ”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Ali Imran : 139).

Banyak kalangan optimis, program boikot terhadap segala produk AS adalah salah satu langkah tepat untuk meruntuhkan ke-adikuasa-an Amerika yang dzalim. Sebagaimana juga dilaporkan, perusahaan AS semisal McDonald's, Starbucks, Nike, dan Coca-cola mengaku telah mengalami penurunan akibat kampanye boikot yang dilakukan sebagian muslim di seluruh dunia beberapa waktu lalu.

Semoga segera terwujud janji Allah SWT dalam firman-Nya: ”Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang dzalim." (Ali Imran : 140).

Tidak ada komentar: