Rabu, 09 Januari 2008

Ayo, Boikot Produk Yahudi dan Sekutunya



Friday May 25th 2007, 3:54 pm

Pertengahan 2005, penulis Denmark Kare Bluitgen berniat menerbitkan sebuah buku yang berisi kisah Nabi Muhammad SAW. Naskah sudah selesai, tinggal mencari illustrator buku tersebut. Awalnya Bluitgen mengontak tiga orang illustrator kenalannya, kepada mereka Bluitgen menawarkan agar ketiganya mau menerima proyek pembuatan ilustrasi bukunya. Namun ketiga illustrator ini menolak. Mereka enggan membuat ilustrasi wajah Nabi Muhammad seperti permintaan Bluitgen dengan alasan takut akibatnya dari komunitas Muslim Denmark.

Harian Jyllands-Posten yang mengetahui penolakan tiga illustrator ini kemudian menawarkan bantuan kepada Bluitgen. Tidak disebutkan apakah Bluitgen bersedia dibantu Jyllands-Posten atau tidak, namun harian Denmark ini lantas berinisiatif memanggil sekitar 40 ilustrator Denmark dan meminta agar mereka membuat ilustrasi wajah Nabi Muhamad SAW.

Dalam waktu singkat terkumpul seratusan lembar ilustrasi wajah Nabi Muhammad SAW, kebanyakan dalam gambaran yang sangat menghina kemuliaannya. Pada 30 September 2005, Harian Jyllands-Posten kemudian memuat secara berseri 12 kartun Nabi Muhammad SAW dengan aneka gambar yang sangat melecehkan. Di internet, gambar-gambar itu juga disebar-luaskan.

Komunitas Muslim Denmark segera mengecam harian tersebut dan menekan pemerintah agar bisa melarang pemuatan kartun yang bisa memicu kontroversi dunia tersebut. Dalam beberapa aksi demo ke kantor redaksi Harian Jyllands-Posten, utusan komunitas Muslim Denmark juga mendesak untuk berdialog dan bertemu muka dengan pejabat harian tersebut. Namun hal ini selalu ditolak. Pihak pemerintah Denmark pun menyatakan tidak bisa berbuat apa-apa mengenai ulah Jyllands-Posten dengan alasan kebebasan pers.

Menemui jalan buntu ke mana-mana, akhirnya komunitas Muslim Denmark mengontak saudara-saudara Muslim sedunia. Mereka melakukan lawatan ke negara-negara Arab untuk mendapatkan dukungan politis dalam menekan pemerintah Denmark agar mau turun-tangan dalam kasus penodaan agama ini. Dalam lawatan di berbagai negara Arab, utusan komunitas Muslim Denmark ini juga menyerukan aksi boikot dihidupkan kembali, kali ini terhadap seluruh produk dan kepentingan ekonomi serta politis Denmark. Seruan ini yang juga disebar lewat pesan singkat telepon genggam dan email di internet mendapat banyak dukungan. Pemerintah Denmark pun mulai menuai banyak desakan untuk bisa bersikap tegas kepada Jyllands-Posten.

Ironisnya, di tengah kemarahan umat Islam dunia, berbagai media massa di Eropa dan juga Australia dan Selandia Baru malah ikut-ikutan memuat gambar kartun penghinaan terhadap RasuluUah SAW itu. Walau secara resmi sudah meminta maaf, tapi pemerintah Denmark juga bersikukuh pihaknya tidak bisa menyalahkan Jyllands-Posten dengan dalih hak asasi manusia merupakan sesuatu yang paling mendasar.

Kemarahan umat Islam dunia kian menjadi. Di beberapa negara seperti Suriah, Palestina, Lebanon, dan sebagainya gedung kedubes Denmark dan negara-negara Eropa yang turut memuat gambar kartun itu diserang dan dibakar. Kerajaan Saudi Arabia telah memanggil pulang duta besarnya dari Copenhagen. Libia telah menutup kedutaan besarnya. Irak juga telah membatalkan transaksi bisnis dengan Denmark dan Norwegia.

Di etalase dan ritel banyak negara Timur Tengah, seluruh produk Denmark dan negara-negara yang turut memuat kartun Nabi ditarik dari peredaran. Umat Islam juga diserukan agar memboikot produk-produk dari negeri yang telah menghina utusan Allah SWT ini. Bahkan Forum Ulama Internasional yang dipimpin Dr. Yusuf Qaradhawy selain menyerukan boikot juga menyerukan agar tanggal 3 Februari 2006 dijadikan Hari Internasional Solidaritas Kecintaan Terhadap Rasulullah SAW (4 Muharram 1427 H).

Dalam waktu singkat, perekonomian Denmark mulai terganggu dengan adanya seruan aksi boikot dari Dunia Islam ini. Perusahaan Danish Aria Foods sebagai salah satu perusahaan Denmark penghasil produk susu terbesar di Eropa kehilangan pasar di Saudi Arabia karena seluruh warga di sana memboikotnya. Ini membuat Danish Aria Foods memasang iklan di sejumlah media cetak negara Timur Tengah untuk menetralisir seruan boikot.

Di Indonesia, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) dan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyerukan agar umat Islam Indonesia turut melakukan boikot terhadap produk Denmark dan yang Iain-lain.

Di sisi lain, kemenangan gerakan HAMAS secara demokratis dalam pemilu parlemen di Palestina baru-baru ini oleh Barat dianggap sebagai tsunami politik bagi kepentingan mereka di Timur Tengah. Amerika Serikat dengan cepat menyatakan tidak akan pernah mengakui HAMAS jika yang bersangkutan tidak mengakui negara Israel. Sikap negara-negara Sekutu AS di Eropa pun demikian. Bahkan sejumlah negara Eropa—dimotori Kanselir Jerman Angela Merkel—segera menyerukan boikot pemerintahan Palestina yang kini dikuasai HAMAS. Merkel menyerukan agar negara-negara donor yang selama ini membantu Palestina dengan dana dan proyek segera menghentikan bantuannya. Amerika dan Israel terlebih dahulu memboikot Palestina di bawah HAMAS.

Kenyataan ini menggambarkan dengan jelas kepada kita bahwa aksi boikot merupakan sesuatu yang sangat mungkin. Jika Amerika dan Eropa yang memang kaya-raya bisa melakukan boikot aliran dana terhadap Palestina dengan alasan Palestina kini dipimpin oleh organisasi “teroris”, maka Dunia Islam pun bisa dan mampu untuk melakukan boikot terhadap semua produk perusahaan Israel, Amerika, dan negara-negara Eropa yang menjadi sekutu bagi Zionis-Israel. Jadi, tidak hanya produk Denmark.

Sayangnya, banyak dari kalangan umat Islam di Indonesia yang bersikap tidak perduli dengan nasib agama dan saudara-saudaranya di belahan bumi lain. Ketika anak-anak kecil Palestina dibunuh dengan semburan peluru Zionis-Israel, umat Islam Indonesia banyak yang sedang membelanjakan uangnya membeli produk-produk sekutu Israel. Hal itu seolah memang tidak berkaitan, tapi sesungguhnya hal demikian memiliki keterkaitan yang kuat dan erat.

Seruan boikot dari Dunia Islam, yang diserukan para ulama kaliber internasional atas produk Denmark dan Norwegia sesungguhnya merupakan kelanjutan dari seruan serupa terhadap produk Israel, Amerika, dan negara-negara sekutu mereka yang memerangi umat Islam di awal tahun 2000-an. Di belakang pembuatan kartun yang menghina Rasulullah SAW, banyak kalangan meyakini bahwa ini merupakan ulah dari kaum Yahudi dan Islamopobi lainnya. “Saya yakin Yahudi ada di belakang pembuatan kartun ini,” tegas Ketua MUI KH. Umar Shihab dalam wawancara Liputan 6 sore (6/2).

Di lapangan, seruan boikot itu tidak saja diikuti oleh kaum Muslimin, tapi juga oleh banyak kalangan non-Muslim yang sadar dan bersimpati pada kemerdekaan Palestina, termasuk orang-orang Yahudi sendiri yang anti pada gerakan zionisme dan “Negara Israel” seperti Kelompok Yahudi Neturei Karta di AS (1) pimpinan Rabi Yisroel Dovid Weiss. Rabi Weiss sangat aktif mengikuti penggalangan opini untuk memerdekakan Palestina dan mengecam Zionisme. Bahkan dalam banyak aksi demo, Rabi Weiss tidak segan-segan membakar bendera Israel di jalanan sembari mengusungposter bertuliskan, “Authentic Rabbis Have Always Opposed Zionism and the State of Israel”, Rabbi Sejati Selalu Anti Zionisme dan Anti Pendirian Negara Israel.

Di mata Weiss, AS juga identik dengan Zionis-Israel, karena nyaris seluruh sumber daya negara ini dipersembahkan kepada Israel. Menurut data yang ada, AS secara resmi memang mengalokasikan hibah setiap tahunnya kepada Israel dalam jumlah yang amat besar. Untuk tahun 2002 saja, Gedung Putih telah menyetujui hibah kepada Israel sebesar 2.04 miliar dollar (jika kurs rupiah 1 dollar AS senilai Rp. 10 ribu, maka jumlahnya sekitar 20.400.000.000.000 atau 20,4 triliun rupiah!), ini nyaris mendekati angka 20% dari total bantuan luar negeri Amerika ke seluruh dunia. Dan ini baru yang resmi dan dilaporkan, belum lagi bantuan-bantuan tidak resmi yang digalang oleh para politisi, pengusaha, anggota Kongres, dan sebagainya. AS tidak ada bedanya dengan Zionis-Israel.

Jika orang Yahudi seperti Rabi Weiss saja bisa sadar dan berbuat sesuatu terhadap kemerdekaan Palestina, seharusnya umat Islam merasa malu jika tidak bisa berbuat apa-apa yang lebih dari itu, apalagi sampai membantu Israel atau Amerika.

Sebab itulah, aksi boikot yang pernah begitu nyaring bergema di awal tahun 2000-an sekarang nyaris sudah tidak terdengar gemanya lagi. Prosentase laba sejumlah perusahaan Amerika dan Israel yang pernah anjlok, sekarang kembali menunjukkan kenaikan yang berlipat ganda. Perekonomian Israel yang sempat kolaps kini membaik lagi. Tidak salah jika orang mengatakan bahwa ingatan kaum Muslimin sangatlah pendek.

Padahal, dari banyak pintu jihad yang ada, aksi boikot merupakan pintu yang paling mudah dimasuki dan sama sekali tidak memerlukan apa-apa selain kesadaran, pemahaman, dan kekuatan iman. Aksi boikot terhadap barang-barang Amerika dan Yahudi bukan aksi sehari atau setahun, namun ia merupakan aksi sepanjang hayat dari generasi ke generasi, bagi siapa saja yang menginginkan perdamaian hakiki tercipta bagi Muslim Palestina, Muslim Afghanistan, Muslim Chechnya, dan Muslim seluruh dunia.

Aksi ini juga terbukti sangat efektif dengan sempat kolapsnya perekonomian Israel beberapa bulan setelah aksi boikot dilancarkan. Kolapsnya Israel ini kemudian membangkitkan simpati besar dari kaum Zionis sedunia, terutama Amerika, yang menggelar acara penggalangan dana membantu Zionis-Israel agar tidak mati.

Walau aksi ini tidaklah memerlukan izin atau jalur birokrasi dan sebagainya, di sisi lain umat Islam juga harus mengakui bahwa aksi boikot tidaklah semudah mengepalkan tangan sembari berteriak-teriak. Dalam industri dunia yang nyaris sempurna dikuasai korporasi Yahudi dan Barat, di mana Amerika menjadi lokomotif utamanya, kehidupan kaum Muslimin sekarang telah dikepung produk-produk Barat tersebut. Nyaris mustahil sekarang ini, jika kita benar-benar ‘membuang’ seluruh produk Barat dari kehidupan kita. Ini baru satu masalah. Lantas, masih mungkinkah aksi boikot dilakukan?

Allah SWT telah berjanji di balik setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Dalam hal boikot, walau kelihatannya sulit, namun sesungguhnya ia mudah dan sangat mungkin dilakukan. Dalam percakapan dengan penulis di tahun 2002, Allahuyarham Ustadz Rahmat Abdullah mengatakan bahwa aksi boikot memang bukanlah aksi yang mudah dan instant, namun aksi yang panjang dan memerlukan ketahanan diri yang kuat. Di dalam perjuangan itu, demikian Ustadz Rahmat, kita bisa memilah mana produk Barat yang bisa kita hindari dan mana yang tidak.

“Di sini berlaku prioritas dakwah. Bagi produk Barat yang tidak bisa kita hindari, belum ada alternatifnya, sebaiknya dalam penggunaannya kita gunakan untuk kemashlahatan umat dan dakwah, meninggikan kalimah Allah. Komputer misalnya, walau itu produk Barat, tapi itu harus digunakan untuk melawan hegemoni informasi dan ghouzwul fikri yang mereka buat. Demikian juga yang lainnya,” paparnya.

Dalam sejarah jihad Afghanistan, misalnya, para Mujahidin Afghan juga pernah mendapat suplai senjata dan amunisi dari Amerika untuk melawan Soviet. Namun setelah Soviet tumbang, amunisi dan senjata itu oleh para Mujahidin diarahkan dan ditembakkan ke tentara Amerika, di Irak maupun Afghanistan hingga sekarang.(2)

Di Indonesia, mungkin juga di negara-negara Muslim lainnya, salah satu hal yang membuat aksi boikot kurang maksimal bisa jadi disebabkan minimnya informasi dan sosialisasi yang memadai tentang aksi boikot itu sendiri. Sebab inilah, masyarakat harus dibantu dengan informasi yang lengkap tentang mana saja produk Barat dan Yahudi yang masuk dalam daftar boikot dari Dunia Islam, mana produk mereka yang masih bisa dipakai atau dikonsumsi dengan syarat-syarat tertentu, dan mana produk-produk alternatif yang bisa digunakan oleh umat Islam. Informasi yang lengkap tentang besarnya dana yang mengalir dari berbagai perusahaan Amerika ke Israel juga akan menambah kesadaran di kalangan umat Islam akan betapa pentingnya aksi boikot dilakukan dengan sepenuh hati dan tanpa keraguan sedikit pun.

Sayangnya, informasi ini belum tersedia secara luas di tengah masyarakat kita. Untuk mengisi kekosongan inilah, salah satunya, buku ini ditulis. Walau masih jauh dari lengkap, setidaknya ini bisa menjadi awal yang pada akhirnya mampu melahirkan panduan-panduan yang lebih lengkap dan sempurna. Akan lebih bagus lagi jika hal ini membuat para pengusaha Muslim untuk kembali memikirkan bagaimana melahirkan produk-produk alternatif bagi umat Islam.

Dan yang juga tak kalah penting, seruan boikot terhadap Israel dan Amerika sesungguhnya bukan sekadar terhadap produk dan barang, tapi juga dalam bidang kebudayaan, olahraga, media massa, dan sebagainya. Bahkan bisa dikatakan, seluruh sisi kehidupan umat Islam hendaknya bersih total dari segala yang menguntungkan Zionis- Israel dan Amerika. Kampanye aksi boikot terhadap Israel dan Amerika sekarang ini tidak saja diteriakkan oleh kaum Muslimin, tapi juga oleh kalangan non-Muslim yang sudah muak dengan segala kebiadaban dan kebohongan Israel dan Amerika.

Perang ini adalah perang dari generasi ke generasi yang amat panjang dan bisa jadi sangat melelahkan, perang untuk mengakhiri kebinatangan dan membebaskan manusia dari sifat-sifat binatang. Janji Allah SWT yang teramat indah berada di ujungnya dan bisa diraih dengan penuh kemuliaan.

Selama Palestina belum merdeka, selama peradaban Islam belum kembali bangkit mengalahkan peradaban Barat warisan peradaban Greeco-Roman yang penuh berhalaisme—termasuk memberhalakan cinta dan nafsu syahwat—maka perjuangan ini tak kenal kata henti. Semoga Allah SWT akan mencatat segala amal sholeh dan kesungguhan kita. Amien.

Maka, alangkah bagusnya jika kasus penghinaan media-media Barat kepada Rasulullah SAW yang terjadi baru-baru ini dijadikan momentum yang tepat bagi seruan boikot produk-produk Israel, Amerika, dan sekutunya secara keseluruhan. Ingat, mereka, musuh-musuh allah SWT itu tidak akan pernah berhenti menyerang umat Islam ini sebelum kita tunduk pada kehendak dan kemauan mereka. “Wa Ian tardho ankal Yahudu wa Nashara hatta tatabi’an millatahum,” demikian Allah berfirman di dalam al-Qur’an.

Seperti biasa, penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada semua pihak, teman-teman seperjuangan, para orangtua kami yang telah rela membagi ilmu dan wawasannya, para guru dalam arti sesungguhnya, dan orang-orang yang tidak bisa disebutkan satu-persatu karena satu dan lain hal. Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua ikhwah mujahid yang tergabung dalam tim website Innovative Minds yang berpusat di Inggris atas data-datanya yang menjadi acuan utama buku ini. Semoga Allah SWT melimpahkan pahala, rahmat, dan karunia-Nya atas segenap perjuangan yang ikhlas dan penuh pengorbanan. Untuk Ananda M. Faiz Muharam, semoga generasimu kelak mampu menjadi generasi yang tangguh dan kokoh dalam melanjutkan jalan jihad yang panjang dan senyap ini. Cukuplah Allah SWT dan Rasul-Nya yang menjadi sahabat dan pelindungmu. Teruskan perjuangan ini!.

Pondok Gede, Februari 2006 Rizki Ridyasmara

(1) Gerakan Yahudi Neturei Karta yang berpusat di AS merupakan gerakan orang-orang Yahudi militan yang anti pada gerakan Zionisme yang dicetuskan Theodore Hetrz di Basel, Swiss. Menurut gerakan yang mengklaim memiliki 60.000 orang pengikut, Zionisme telah mengkhianati dan memperkosa nilai-nilai Judaisme yang asli. “Orang-orang Yahudi telah ditakdirkan untuk hidup secara diaspora, bukan berkumpul di satu negara sendiri seperti hafivya negara Israel,” demikian salah satu sikap mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut ten tang Gerakan Yahudi Neturei Karta, silakan melihat karya Harun Yahya ten tang akar sejarah Yahudi dan Zionisme, atau bisa juga disimak di Neturei Karta USA Website.

(2) Salah satu senjata pemberian CIA kepada Mujahidin Afghan saat melawan Soviet Rusia dahulu adalah rudal antipesawat model jinjing Stinger. Dalam jihad Afghan melawan Soviet, Mujahidin berhasil menembak sekurangnya 300 pesawat maupun heli tempur Soviet. Pesawat militer pertama Soviet yang tertembak Stinger Mujahidin jatuh pada tanggal 16 Desember 1982. Setelah Soviet kabur dan Afghanistan berada dalam kendali Thaliban, CIA mencatat ada sekurangnya 200-300 Stinger lengkap jatuh ke tangan Thaliban. Dalam invasi pasukan AS ke Afghan paska kasus 9-11, senjata ini menjadi momok menakutkan bagi pilot-pilot pesawat tempur AS. Untuk mendapatkan kembali ratusan Stinger tersebut dari Thaliban, CIA menggelar operasi khusus dan rahasia. Lewat para agen-agen Arabnya, CIA mengontak sejumlah pemain bisnis senjata yang dipercaya memiliki hubungan dengan Thaliban. CIA ingin membeli kembali rudal-rudal tersebut. CIA bahkan berani membeli satu unit rudal tanpa pelontar seharga 175.000 dollar AS. Padahal untuk varian terbaru (FIM-92A), setiap unit lengkap hanya dibanderol 38.000 dolar AS. Tapi operasi ini gagal total. Sampai sekarang, tak satu pun Stinger tersebutberhasil dibawa pulang ke Amerika. Keberadaannya hingga saat ini masih menjadi misteri bagi CIA. (”Dirty War, Mesiu di Balik Skandal Politik dan Obat Bius”, Edisi Koleksi Angkasa XXIV, 2005,hal.l03)

6 komentar:

BRE DAHANA mengatakan...

Boikot produk Yahudi dan AS, bener nih? Nggak bisa nginternet dong kita. Ingat lho prosesor Intel yang memproduksi adalah Israel laboratoriumnya disana juga. Andrew Grove adalah pendiri dan kepala Intel. Perusahaan ini memproduksi mikroprosesor yang dipasang dalam hampir 90 persen komputer pribadi (PC) sedunia, termasuk komputer anda he.. he… Microsoft penemunya dan pengembangnya Bill Gates, orang Yahudi tuh. Jangan lupa lho internet yang nemuin dan mengembangkan orang-orang Yahudi juga. Mereka adalah Leonard Kleinrock, Paul Baran, dan Robert Kahn. Sementara itu kalau anda sering menggunakan Google search engine penemunya adalah Sergey Brin dan Larry Page, dua anak muda Yahudi. Jangan munafik lah, jelek-jelekin Yahudi tapi kita menikmati buah pikir orang-orang Yahudi. Hayo semua pakai handphone to, penemunya adalah Dr Cooper pemimpin proyek inovasi telepon seluler Motorola yang ternyata juga orang Yahudi tuh… Kalau konsisten boikit produk Yahudi dan AS ya jangan pakai internet dan hp, soalnya itu semua buah pikir orang Yahudi. Gimana? Munafik!!

Anonim mengatakan...

walah.. bre Bukan munafik dong.. tapi setidaknya kalau kita sudah punya produk2 di atas ya sudah jgn kita beli lagi yg baru, tapi kalau belum beli ya jangan beli.
Masih banyak kok software2 yg dikembangkan oleh orang India sana, ya setidaknya kita membantu Palestina tidak dengan do'a saja. Dan yang pasti masih banyak produk lain yg tidak mendukung Yahudi, so.. ya kita kembalikan saja pada diri masing2, jika memang kita peduli akan nyawa-nyawa manusia di Palestina sana, ya lakukan!! Jika tidak peduli ya sudah.. toh semuanya akan jadi amalan anda (Bre) akan ada balasan dari Alloh SWT dari semua hal kebaikan sekecil apapun

Anonim mengatakan...

Jangan cap orang lain munafik...coba lihat diri sendiri dulu lah...

winele mengatakan...

Selama israel masih menjajah dan menyerang Palestina dan berlaku tidak sdil terhadap umat Muslim, maka selama itu pula kita dukung aksi boikot terhadap produk Yahudi dan boikot ini dijalankan sebisa mingkin artinya, kita tidak menggunakan produk yahudi sedikit demi sedikit sebisa kita.

Unknown mengatakan...

Astaghfirullah....Melihat komen sdr bre sy sampai mengelus dada.Klw anda muslim,segeralah bertaubat dan mnt maaf.Sesungguhnya menghina sdr semuslim sama halnya dg memakan bangkai sdrnya sendiri.Klw anda dr agama lain,ayo qt duel HIDUP MATI!!!Silahkan tentukan tempatnya..

Jabric mengatakan...

Mari kita STOP membeli dan memakai/kosumsi produk YAHUDI DAN ZIONIS NYA.
Hidup islam Allahu akbar