Rabu, 09 Januari 2008

Ibnul Qayyim Al Jauziyah

Ibnul Qayyim Al Jauziyah


Beliau adalah Abu Abdillah Syams al Din Muhammad ibn Abu Bakar ibn Ayyub ibn Sa'adkiyanwar ibn Huraiz al Zur'iy al Damsyiqi. Lahir pada bulan Shafar tahun 691 H, dan wafat pada bulan Rajab tahun 751 H. beliau wafat ketika hampir memasuki usia 60 tahun. Beliau disalati di Masjid Jami' al Umawy kemudian juga dislati di Masjid Jami' Jarrah. Begitu banyak yang melayat jenazah beliau. Beliau dikebumikan di samping kedua orang tuanya di pemakaman al Bab al Shaghirah.

Beliau merupakan sosok intelektual yang sangat vokal, gamblang penjelasannya, sangat luas pengetahuannya yang meliputibidang hukum Islam (fiqih), tafsir, hadits, ilmu 'alat (nahwu), dan ilmu ushul fiqih. Beliau juga pernah menjadi ketua Madrasah al Jauziyyah, dan sudah lama menjadi staf pengajar di Madrasah Shadriyyah. Beliau menunaikan ibada haji beberapa kali dan tinggal di sekitar Kota Mekkah. Masyarakat Mekkah banyak membicarakan tentang kekhusyu'an beliau dalam menjalankan ibadah kepada Allah. beliau sangat sering melakukan thawaf yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh kebanyakan orang.

Pengakuan Para Ulama

Para ulama mengakui kualitas beliau dalam bidang ilmu pengetahun dan agama. Diantaranya adalah dikatakan oleh Al Hafidz ibn Rajab al Hambaly, dia berkata, "Beliau (Ibnu Qayyim) adalah seorang yang riwayat hadits dan keilmuannya sangat dipertimbangkan. Bahkan para perawi yang mengambil hadits dari beliau juga turut ikut mendapat keutamaan. Beliau sangat konsen dengan kajian hukum Islam, selain itu juga sangat mahir untuk menjelaskan sebuah persoalan. Disamping itu beliau juga sangat alim dalam bidang ilmu nahwu." Al Hafidz juga berkata, "Al Marhum sangat tekun dalam beribadah lebih lebih dalam melakukan shalat tahhajud dengan berdiri sangat lama. Belum pernah saya menjumpai orang yang bisa menandingi ibadahnya. Dan saya juga belum pernah mendapati ulama yang lebih luas pengetahuannya dari pada beliau. Belum ada orang yang bisa menandingi beluai dalam bidang pemahaman terhadap makna al Qur'an dan As Sunnah serta intisari iman."

Qadhi Burhan al Din al Zur'iy berkata, " Tidak ada orang yang berada di bawah atap laigit ini yang menandingi kealimannya. Dia mengajar di Madrasah Shadriyyah sekaligus sebagai pimpinan Madrasah al Jauziyyah dalam kurun waktu yang cukup lama. Karya tulis yang beliau hasilkan tidak terhitung jumlahnya."

Ibn Hajar berkata mengenai beliau, "Beliau adalah seorang yang sangat berani dan berpengetahuan luas. Disamping itu beliau sangat faham dengan perbedaan pendapat diantara madzhab-madzhab salaf. Beliau juga sangat mengagumi Ibn taimiyyah, sehingga tidak ada satupun pendapat yang difatwakannya yang tidak sesuai dangan ajaran-ajaran Ibn Taimiyyah. Bahkan beliau sangat mendukung pendapat-pendapat yang telah difatwakan oleh gurunya itu. Disamping itu beliau juga benyak menyempurnakan kitab-kitab Ibn Taimiyah." Ibn Hajar juga berkata, "Jika beliau shalat subuhmaka tidak berdiri dari duduknya untuk berdzikir kepada Allah sampai matahari sudah tinggi." Ibn Hajar berkata, "beliau adalah figur yang menjadi panutan bagi saya. Apabila saya tidak meniru amaliyah beliau pasti saya tidak akan bia tegar seperti sakerang."

Mulla Ali al Qari' berkata tentang beliau dan Ibn Taimiyyah, " keduanya merupakan tokoh besar di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan juga termasuk pemimpin ummat."

Al Hafidz al Suyuti berkata,"Beliau telah berhasil menjadi menjadi seorang ulama besar dalam bidang tafsir, hukum Islam, ilmu ushul dan ilmu bahasa."

Al Hafidz ibn Nashit al Din al Syafi'I berkata, "Beliau adalah seorang muhaqqiq dan pengarang yang produktif serta ahli tafsir yang jarang ada tandingannya."

Cobaan Hidup yang Dialami

Ibn Qayyim telah mengalami cobaat seperti yang dialami oleh gurunya dan juga seperti yang banyak menimpa para mujadid lainnya, baik berupa siksaan dan penganiayaan. Beliau pernah diikat di sebuah batang pohon kurma setelah merasakan siksaan dan diseret dengan unta sambil dicambuk dengan cemeti besi. Beliau tidak dibebaskan sampai gurunya (Ibn Taimiyyah) wafat.

Banyak lagi cobaan lain yang beliau rasakan, diantaranya yang menimpa beliau ketika mengingkari kegiatan orang-orang yang berziarah ke makan Nabi Ibrahim. Disela-sela penahanan atas diri beliau, beliau lebih sering untuk membaca al Qur'an, bertadabbur dan berfikir yang menyebabkan Allah membukakan banyak kebaikan dan ilmu yang luas bagi beliau.

Khazanah Intelektual Ibn Qayyim

Bukanlah suatu hal yang aneh apabila Ibn Qayyim menjelma sebagai sosok inelektual yang handal. Beliau dibesarkan dalam iklim yang sangat subur, ketika banyak ulama alim yang hidup pada waktu itu. Sejak dini beliau benar-benar sudah memberikan dirinya untuk menekuni dunia pendidkan baik di bidang fikih, bahasa, ilmu kalam dantasawuf. Begitu juga dengan perhatian beliau dalam sejarah kenabian dan sejarah umum. Ilmu-ilmu sosial yang beliau pelajari juga cukup memadai. Para pembaca karya-karya beliau akan dibuat tercengang mengetahui bahwa beliau juga sangat mahir dalam bidang sastra, ilmu nahwu dan kemahiran olah sya'ir. Beliau sangat menguasai berbagai keahlian dan pengetahuan yang sedang melejit pada jamannya. Beliau dalah seorang kutu buku dan mempunyai koleksi buku yang tidak terhitung jumlahnya. Sampai-sampai setelah beliau wafat, anak keturunannya menjual buku-buku koleksi tersebut dengan membutuhkan waktu beberapa tahun. Itu belum termasuk yang sengaja dijadikan koleksi pribadi bagi mereka sendiri.

Guru dan Murid Ibn Qayyim

Diantara guru-guru Ibn Qayyim adalah Ibn Abd al Daim, Isa al Mutha'im, al Qadhi Taqy al Din ibn Sulaiman, Ibn Al Syaraazy, al Syahab al Naabalasy al 'Abir, Isma'il ibn Maktum, Fatimah binti Jauhar dan masih banyak lagi yang lainnya. Beliau belajar bahasa Arab kepada Ibn al Fath dan al Majd al Tunisy. Berguru ilmu ushul fikih kepada al Shafy al Hindy. Mendalami ilmu fiqih kepdada al Majd al Haraany al taqy al Din ibn Taimiyyah yang benyak membentuk sistem berfikirnya. Ibn Qayyim juga banyak sekali menyerap ilmu dari gurunya yang disebut terakhir, bahkan selalu menyertai gurunya tersebut sampai diamenutup mata untuk yang terakhir kalinya. Al Hafidz Ibn Hajar Al Asqalany berkata, "Andaikata Syaikh Ibnu taimiyyah tidak memiliki riwayat hidup lain kecuali hanya muridnya yang satu ini yaitu Ibn Qayyim, pasti hal ini sudah cukup untuk menunjukkan keagungan dan kedudukannya.

Adapun murid-murid yang menimba ilmu pengetahuan dari beliau sangat banyak jumlahnya. Diantara mereka adalah al Hafidz Zain al Din Abd al Rahman ibn Rajab yang mengarang kitab Thabaqat al hanabilah, Syams al Din Muhammad ibn Abd al Qadir al Nabalasy penulis kitab Mukhtashar Thabaqat al hanabilah li Abi Ya'la. Diantara murid-murid Ibn Qayyim yang laina adalah Ibn Katsir pengarang kitab al Bidayah wa al Nihayah yang mengakui bahwa Ibn Qayyim sebagai orang yang baik budi pekertinya, fasih bacaan al Qura'anya, suka menjalin persahabatan dan tidak pernah merasa dengki kepada siapapun apalagi sampai menganiaya orang lain. Murid-murid yang lain adalah ibn Abd al Hadi yang dikatakan oleh Ibn Rajab bahwa banyak sekali orang yang mengkaji ilmu dari Ibn Qayyim, tidak terkecuali para tokoh besar yang juga mengagumkan sekaligus menimba ilmu beliau seperti Ibn Abd al Hadi dan lannya.

Dinukil dari kitab : al Manar al Munif fi al Shahih wal Dhaif (judul terjemahan : Studi Kritik terhadap Hadits fadhilah Amal)

Mushab Bin Umair


MUSH'AB BIN UMAIR
"Duta Islam Yang Pertama"


Mush'ab bin Umair salah seorang di antara para shahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kit, memulai kisah dengan pribadi-nya: Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan

Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum"·

Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya· Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Mekah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa sebagai yang dialami Nlush'ab bin Umair.

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Mekah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat sedemikian rupa hingga menjadi buah ceritera tentang keimanan, menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan Sungguh, suatu riwayat penuh pesona, riwayat Mush'ab bin Umair atau "Mush'ab yang balk", sebagai biasa digelarkan oleh Kaum Muslimin. Ia salah satu di antara pribadi-pribadi Muslimin yang ditempa oleh Islam dan dididik oleh Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Tetapi corak pribadi manakah?
Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggaan bagi kemanusiaan umumnya.
Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Mekah mengenai Muhammad al-Amin ... Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai da'i yang mengajak ummat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa.

Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu, dan tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam serta Agama yang dibawanya, maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah.

Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar Sauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Keraguannya tiada berjalan lama, hanya sebentar waktu ia menunggu, maka pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah saw. sering berkumpul dengan para shahabatnya, tempat mengajamya ayat-ayat al-Quran dan membawa mereka shalat beribadat kepada Allah Yang Maha Akbar.

Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat al-Quran mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran pada kalbunya.

Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira. Tetapi Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh berkat dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang dan damai, tak obah bagai lautan yang teduh dan dalam.

Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas -- berlipat ganda dari ukuran usianya -- dan mempunyai kepekatan hati yang mampu merubah jalan sejarah ...!
Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat. la wanita yang disegani bahkan ditakuti.

Ketika Mush'ab menganut Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Mekah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.

Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak.

Kebetulan seorang yang bernama Usman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.

Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat al-Quran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.

Ketika sang ibu hendak membungkam mulut puteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai -- demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan -- menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.

Karena rasa keibuannya, ibunda Mush'ab terhindar memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanya dengan jalan lain. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya amat rapat.

Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat bebeuapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lain pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muhajirin, lain pulang ke Mekah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para shahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.

Balk di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush'ab di tiap saat dan tempat kian meningkat.
Ia telah selesai dan berhasil menempa corak kehidupannya menurut pola yang modelnya telah dicontohkan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam la merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan bagi pengurbanan terhadap Penciptanya Yang Maha Tinggi, Tuhannya Yang Maha Akbar ...

Pada suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah saw. Demi memandang Mush'ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai juSah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka -- pakaiannya sebelum masuk Lslam -- tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna warni dan menghamburkan bau yang wangi.

Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bihirnya tersungging senyuman mulia, seraya bersabda:
Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi daiam memperoleh k esenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalhannya semua itu demi cintanya hepada Allah dan Rasul-Nya.

Semenjak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush'ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segala pemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, bahkan ia tak sudi nasinya dimakan orang yang telah mengingkari berhala dan patut beroleh kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri.

Akhir pertemuan Mush'ab dengan ibunya, ketika perempuan itu hendak mencoba mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Karena sang ibu telah mengetahui kebulatan tekad puteranya yang telah mengambil satu keputusan, tak ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata, sementara Mush'ab mengucapkan selamat berpisah dengan menangis pula.

Saat perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran fihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimanan dari fihak anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata: "Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi".

Maka Mush'ab pun menghampiri ibunya sambil berkata: !'Wahai bunda! Telah anakanda sampaikan nasihat kepada bunda, dan anakanda menaruh kasihan kepada bunda. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya".

Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut: "Demi bintang! Sekali-kali aku takkan masuk ke dalam Agamamu itu.
Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi".

Demikian Mush'ab meninggalkari kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan perlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar.

Tapi jiwanya yang telah dihiasi dengan 'aqidah suci dan cemerlang berkat sepuhan Nur Ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani ...

Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan bai'at kepada Rasulullah di bukit 'Aqabah. Di samping itu mengajak orang-orang lain untuk menganut Agama-Allah, serta mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijratul Rasul sebagai peuistiwa besar.

Sebenamya di kalangan shahabat ketika itu masih banyak yang lebih tua, lebih beupengarub dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada "Mush'ab yang baik".

Dan bukan tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu, dan menyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota Madinah, suatu kota yang tak lama lagi akan menjadi kota tepatan atau kota hijrah, pusat para da'i dan da'wah, tempat berhimpunnya penyebar Agama dan pembela al-Islam.

Mush'ab memikul amanat itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa fikiran yang cerdas dan budi yang luhur.
Dengan sifat zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka beuduyun-duyun masuk Islam.

Sesampainya di Madinah, didapatinya Kaum Muslimin di sana tidak lebih dari dua belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah bai'at di bukit 'Aqabah. Tetapi tiada sampai beberapa bulan kemudian, meningkatlah orang yang sama-sama memenuhi panggilan Allah dan Rasul-nya.

Pada musim haji berikutnya dari perjanjian 'Aqabah, Kaum Muslimin Madinah mengirim perutusan yang mewakili mereka menemui Nabi. Dan perutusan itu dipimpin oleh guru mereka, oleh duta yang dikirim Nabi kepada mereka, yaitu Mush'ab bin Umair.

Dengan tindakannya yang tepat dan bijaksana, Mush'ab bin Umair telah membuktikan bahwa pilihan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atas dirinya itu tepat. Ia memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak terlanjur melampaui batas yang telah ditetapkan.

la sadar bahwa tugasnya adalah menyerLi kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu Agama yang mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus. Akhlaqnya mengikuti pola hidup Rasulullah yang diimaninya, yang mengemban kewajiban hanya menyampaikan belaka ....

Di Madinah Mush'ab tinggal sebagai tamu di rumah As'ad bin Zararah. Dengan didampingi As'ad, ia pergi mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat-tempat pertemuan, untuk membacakan ayat-ayat; Kitab Suci dari Allah, menyampaian kalimattullah "bahwa Allah Tuhan Maha Esa" secara hati-hati.

Pernah ia menghadapi beberapa peristiwa yang mengancam keselamatan diri serta shahabatnya, yang nyaris celaka kalau tidak karena kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu hari, ketika ia sedang memberikan petuah kepada orang-orang, tiba-tiba disergap Usaid bin Hudlair kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menodong Mush'ab dengan menyentakkan lembingnya. Bukan main marah dan murkanya Usaid, menyaksikan Mush'ab yang dianggap akan mengacau dan menyelewengkan anak buahnya dari agama mereka, serta mengemukakan Tuhan Yang Maha Esa yang belum pernah mereka kenal dan dengar sebelum itu. Padahal menurut anggapan Usaid, tuhan-tuhan mereka yang bersimpuh lena di tempatnya masing-masing mudah dihubungi secara kongkrit. Jika seseorang memerlukan salah satu di antaranya, tentulah ia akan mengetahui tempatnya dan segera pergi mengunjunginya untuk memaparkan kesulitan serta menyampaikan permohonan.

Demikianlah yang tergambar dan terbayang dalam fikiran suku Abdul Asyhal.
Tetapi Tuhannya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam -- yang diserukan beribadah kepada-Nya -- oleh utusan yang datang kepada mereka itu, tiadalah yang mengetahui tempat-Nya dan tak seorang pun yang dapat melihat-r\jya.

Demi dilihat kedatangan Usaid bin Hudlair yang murka bagaikan api sedang berkobar kepada orang-orang Islam yang duduk beusama Mush'ab, mereka pun merasa kecut dan takut.
Tetapi "Mush'ab yang baik" tetap tinggal tenang dengan air muka yang tidak berubah.

Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid berdiri di depan Mush'ab dan As'ad bin Zararah, bentaknya: "Apa maksud kalian datang ke kampung kami ini, apakah hendak membodohi rakyat kecil kami? Tinggalkan segera tempat ini, jika tak ingin segera nyawa kalian melayang!"

Seperti tenang dan mantapnya samudera dalam..., laksana terang dan damainya cahaya fajar ...,terpancarlah ketulusan hati "Mush'ab yang baik", dan bergeraklah lidahnya mengeluarkan ucapan halus, katanya: "Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!"

Sebenamya Usaid seorang berakal dan berfikiran sehat. Dan sekarang ini ia diajak oleh Mush'ab untuk berbicara dan meminta petimbangan kepada hati nuraninya sendiri. Yang dimintanya hanyalah agar ia bersedia mendengar dan bukan lainnya. Jika ia menyetujui, ia akan membiarkan Mush'ab, dan jika tidak, maka Mush'ab berjanji akan meninggalkan kampung dan masyarakat mereka untuk mencari tempat dan masyauakat lain, dengan tidak merugikan ataupun dirugikan orang lain.

"Sekarang saya insaf", ujar Usaid, lalu menjatuhkan lembingnya ke tanah dan duduk mendengarkan. Demi Mush'ab membacakan ayat-ayat al-Quran dan menguraikan da'wah yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah saw., maka dada Usaid pun mulai terbuka dan bercahaya, beralun berirama mengikuti naik turunnya suara serta meresapi keindahannya Dan belum lagi Mush'ab selesai dari uraiannya. Usaid pun berseru kepadanya dan kepada shahabatnya: "Alangkah indah dan benarnya ucapan itu .. ·! Dan apakah yang barns dilaknkan oleb orang yang hendak masuk Agama ini?" Maka sebagai jawabannya gemuruhlah suara tahlil, serempak seakan hendak menggoncangkan bumi. Kemudian ujar Mush'ab: "Hendaklah ia mensucikan diri, pakaian dan badannya, serta bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah".

Beberapa lama Usaid meninggalkan mereka, kemudian kembali sambil meme·ras air dari rambutnya, lain ia berdiri sambil menyatakan pengakuannya bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah ….

Secepatnya berita itu pun tersiarlah. Keidaman Usaid disusul oleh kehadiran Sa'ad bin Mu'adz. Dan setelah mendengar uraian Mush'ab, Sa'ad merasa puas dan masuk Islam pula.
Langkah ini disusul pula oleh Sa'ad bin 'Ubadah. Dan dengan keislaman mereka ini, berarti selesailah persoalan dengan berbagai suku yang ada di Madinah. Warga kota Madinah saling berdatangan dan tanya-bertanya sesama mereka: "Jika Usaid bin Hudlair, Sa'ad bin 'Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz telah masuk Islam, apalagi yang kita tunggu .... Ayolah kita pergi kepada Mush'ab dan beriman bersamanya! Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celab giginya!"

Demikianlah duta Rasulullah yang pertama telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang memang wajar dan layak diperolehnya· Hari-hari dan tahun-tahun pun berlalu, dan Rasulullah bersama para shahabatnya hijral ke Madinah.

Orang-orang Quraisy semakin geram dengan dendamnya, mereka menyiapkan tenaga untuk melanjutkan tindakan kekerasan terhadp hamba-hamba Allah yang shalih. Terjadilah perang Badar dan kaum Quraisy pun beroleh pelajaran pahit yang menghabiskan sisa-sisa fikiran sehat mereka, hingga mereka berusaha untuk menebus kekalahan. Kemudian datanglah giliran perang Uhud, dan Kaum Muslimin pun bersiap-siap mengatur barisan. Rasulullah berdiri di tengah barisan itu, menatap setiap wajah orang beriman menyelidiki siapa yang sebaiknya membawa bendera. Maka terpanggillah "Mush'ab yang baik", dan pahlawan itu tampil sebagai pembawa bendera.

Peperangan berkobar lalu berkecamuk dengan sengitnya. Pasukan panah melanggar tidak mentaati peraturan Rasulullah, mereka meninggalkan kedudukannya di celah bukit setelah melihat orang-orang musyrik menderita kekalahan dan mengundurkan diri. Perbuatan mereka itu secepatnya merubah suasana, hingga kemenangan Kaum Muslimin beralih menjadi kekalahan.

Dengan tidak diduga pasukan berkuda Quraisy menyerbu Kaum Muslimin daui puncak bukit, lalu tombak dan pedang pun berdentang bagaikan mengamuk, membantai Kaum Muslimin yang tengah kacau balau. Nlelihat barisan Kaum Muslimin porak poranda, musuh pun menujukan st?rangan ke arah Rasulullah dengan maksud menghantamnya.

Mush'ab bin Umair menyadari suasana gawat ini. Maka diacungkannya bendera setinggi-tingginya dan bagaikan ngauman singa ia bertakbir sekeras-kerasnya, lain maju ke muka, melompat, mengelak dan berputar lalu menerkam. Minatnya tertuju untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Dengan demikian dirinya pribadi bagaikan membentuk bauisan tentara ...

Sungguh, walaupun seorang diri, tetapi Mush'ab beutempur laksana pasukan tentara besar .... Sebelah tangannya memegang bendera bagaikan tameng kesaktian, sedang yang sebelah lagi menebaskan pedang dengan matanya yang tajam .... Tetapi musuh kian bertambah banyak juga, mereka hendak menyeberang dengan menginjak-injak tubuhnya untuk mencapai Rasulullah .

Sekarang marilah kita perhatikan saksi mata, yang akan menceriterakan saat-saat terakhir pahlawan besar Mush'ab bin Umair.
Berkata Ibnu Sa'ad: "Diceriterakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al-'Abdari dari bapaknya, ia berkata:

Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan Kaum Muslimin pecah, Mush'ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu &umaiah namanya, lalu menebas tangannya hingga putus, sementara Mush'ab mengucapkan:
Muhammad itu tiada lain hanyaIah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul': Maka dipegangnya bendera dengan tangan hirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mushab membungkuk ke arah bendera,
lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya he dada sambil mengucaphan: "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasulj dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul': Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mushab pun gugur, dan bendera jatuh "

Gugurlah Mush'ab dan jatuhlah bendera .... Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada .... Dan hal itu dialaminya setelah dengan keberanian luar biasa mengarungi kancah pengurbanan dan keimanan. Di saat itu Mush'ab berpendapat bahwa sekiranya ia gugur, tentulah jalan para pembunuh akan terbuka lebar menuju Rasulullah tanpa ada pembela yang akan mempertahankannya. Demi cintanya yang tiada terbatas kepada Rasulullah dan cemas memikirkan nasibnya nanti, ketika ia akan pergi berlalu, setiap kali pedang jatuh menerbangkan sebelah tangannya, dihiburnya dirinya dengan ucapan: "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul"

Kalimat yang kemudian dikukuhkan sebagai wahyu ini selalu diulang dan dibacanya sampai selesai, hingga akhirnya menjadi ayat al-Quran yang selalu dibaca orang ....
Setelah pertempuran usai, ditemukanlah jasad pahlawan ulung yang syahid itu terbaring dengan wajah menelungkup ke tanah digenangi darahnya yang mulia ....Dan seolah-olah tubuh yang telah kaku itu masih takut menyaksikan bila Rasulullah ditimpa bencana, maka disembunyikannya wajahnya agar tidak melihat peristiwa yang dikhawatirkan dan ditakutinya itu.

Atau mungkin juga ia merasa main karena telah gugur sebelum hatinya tenteram beroleh kepastian akan keselamatan Rasulullah, dan sebelum ia selesai menunaikan tugasnya dalam membela dan mempertahankan Rasulullah sampai berhasil.

Wahai Mush'ab cukuplah bagimu ar-Rahman ....
Namamu harum semerbak dalam kehidupan ....
Rasulullah bersama para shahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya. Berkata Khabbah ibnul'Urrat:

"Kami hijrah di jalan Allah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengharap keridhaan-Nya, hingga pastilah sudah pahala di sisi Allah. Di antara hami ada yang telah berlalu sebelum menikmati' pahalanya di dunia ini sedihit pun juga. Di antaranya ialah Mush'ab bin Umair yang tewa s di perang Uhud. Tak sehelai pun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Maka sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan dahinya tutupilah delagan rumput idzkhir!"

Betapa pun luka pedih dan duka yang dalam menimpa Rasulullah karena gugur pamanda Hamzah dan dirusak tubuhnya oleh orang-orang musyrik demikian rupa, hingga bercucurlah air mata Nabi .... Dan betapapun penuhnya medan laga dengan mayat para shahabat dan kawan-kawannya, yang masing-masing mereka baginya merupakan panji-panji ketulusan, kesucian dan cahaya .... Betapa juga semua itu, tapi Rasulullah tak melewatkan berhenti sejenak dekat jasad dutanya yang pertama, untuk melepas dan mengeluarkan isi hatinya .... Memang, Rasulullah berdiri di depan Mush'ab bin Umair dengan pandangan mata yang pendek bagai menyelubunginya dengan kesetiaan dan kasih sayang, dibacakannya ayat:
Di antara orang-orang Mu inin terdapat pahlawan-pahlawan yang telah menepati janjinya dengan Allah.(Q.S. 33 al-Ahzab: 23)

Kemudian dengan mengeluh memandangi burdah yang digunakan untuk kain tutupnya, seraya bersabda:
Ketika di Mekah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadamu. Tetapi seharang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah.

Setelah melayangkan pandang, pandangan sayu ke arah medan serta para syuhada kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru:
Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari qiamat, bahwa tuan-tuan semua adalah syuhada di sisi Allah.

Kemudian sambil berpaling ke arah shahabat yang masih hidup, sabdanya:
Hai manusia! Berziarahlah dan berltunjunglah kepada mereka, serta ucaphanlah salam Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari qiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereha akan mem balasnya.

Salam atasmu wahai Mush'ab ....
Salam atasmu sekalian, wahai para syuhada ....
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ayo, Boikot Produk Yahudi dan Sekutunya



Friday May 25th 2007, 3:54 pm

Pertengahan 2005, penulis Denmark Kare Bluitgen berniat menerbitkan sebuah buku yang berisi kisah Nabi Muhammad SAW. Naskah sudah selesai, tinggal mencari illustrator buku tersebut. Awalnya Bluitgen mengontak tiga orang illustrator kenalannya, kepada mereka Bluitgen menawarkan agar ketiganya mau menerima proyek pembuatan ilustrasi bukunya. Namun ketiga illustrator ini menolak. Mereka enggan membuat ilustrasi wajah Nabi Muhammad seperti permintaan Bluitgen dengan alasan takut akibatnya dari komunitas Muslim Denmark.

Harian Jyllands-Posten yang mengetahui penolakan tiga illustrator ini kemudian menawarkan bantuan kepada Bluitgen. Tidak disebutkan apakah Bluitgen bersedia dibantu Jyllands-Posten atau tidak, namun harian Denmark ini lantas berinisiatif memanggil sekitar 40 ilustrator Denmark dan meminta agar mereka membuat ilustrasi wajah Nabi Muhamad SAW.

Dalam waktu singkat terkumpul seratusan lembar ilustrasi wajah Nabi Muhammad SAW, kebanyakan dalam gambaran yang sangat menghina kemuliaannya. Pada 30 September 2005, Harian Jyllands-Posten kemudian memuat secara berseri 12 kartun Nabi Muhammad SAW dengan aneka gambar yang sangat melecehkan. Di internet, gambar-gambar itu juga disebar-luaskan.

Komunitas Muslim Denmark segera mengecam harian tersebut dan menekan pemerintah agar bisa melarang pemuatan kartun yang bisa memicu kontroversi dunia tersebut. Dalam beberapa aksi demo ke kantor redaksi Harian Jyllands-Posten, utusan komunitas Muslim Denmark juga mendesak untuk berdialog dan bertemu muka dengan pejabat harian tersebut. Namun hal ini selalu ditolak. Pihak pemerintah Denmark pun menyatakan tidak bisa berbuat apa-apa mengenai ulah Jyllands-Posten dengan alasan kebebasan pers.

Menemui jalan buntu ke mana-mana, akhirnya komunitas Muslim Denmark mengontak saudara-saudara Muslim sedunia. Mereka melakukan lawatan ke negara-negara Arab untuk mendapatkan dukungan politis dalam menekan pemerintah Denmark agar mau turun-tangan dalam kasus penodaan agama ini. Dalam lawatan di berbagai negara Arab, utusan komunitas Muslim Denmark ini juga menyerukan aksi boikot dihidupkan kembali, kali ini terhadap seluruh produk dan kepentingan ekonomi serta politis Denmark. Seruan ini yang juga disebar lewat pesan singkat telepon genggam dan email di internet mendapat banyak dukungan. Pemerintah Denmark pun mulai menuai banyak desakan untuk bisa bersikap tegas kepada Jyllands-Posten.

Ironisnya, di tengah kemarahan umat Islam dunia, berbagai media massa di Eropa dan juga Australia dan Selandia Baru malah ikut-ikutan memuat gambar kartun penghinaan terhadap RasuluUah SAW itu. Walau secara resmi sudah meminta maaf, tapi pemerintah Denmark juga bersikukuh pihaknya tidak bisa menyalahkan Jyllands-Posten dengan dalih hak asasi manusia merupakan sesuatu yang paling mendasar.

Kemarahan umat Islam dunia kian menjadi. Di beberapa negara seperti Suriah, Palestina, Lebanon, dan sebagainya gedung kedubes Denmark dan negara-negara Eropa yang turut memuat gambar kartun itu diserang dan dibakar. Kerajaan Saudi Arabia telah memanggil pulang duta besarnya dari Copenhagen. Libia telah menutup kedutaan besarnya. Irak juga telah membatalkan transaksi bisnis dengan Denmark dan Norwegia.

Di etalase dan ritel banyak negara Timur Tengah, seluruh produk Denmark dan negara-negara yang turut memuat kartun Nabi ditarik dari peredaran. Umat Islam juga diserukan agar memboikot produk-produk dari negeri yang telah menghina utusan Allah SWT ini. Bahkan Forum Ulama Internasional yang dipimpin Dr. Yusuf Qaradhawy selain menyerukan boikot juga menyerukan agar tanggal 3 Februari 2006 dijadikan Hari Internasional Solidaritas Kecintaan Terhadap Rasulullah SAW (4 Muharram 1427 H).

Dalam waktu singkat, perekonomian Denmark mulai terganggu dengan adanya seruan aksi boikot dari Dunia Islam ini. Perusahaan Danish Aria Foods sebagai salah satu perusahaan Denmark penghasil produk susu terbesar di Eropa kehilangan pasar di Saudi Arabia karena seluruh warga di sana memboikotnya. Ini membuat Danish Aria Foods memasang iklan di sejumlah media cetak negara Timur Tengah untuk menetralisir seruan boikot.

Di Indonesia, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) dan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyerukan agar umat Islam Indonesia turut melakukan boikot terhadap produk Denmark dan yang Iain-lain.

Di sisi lain, kemenangan gerakan HAMAS secara demokratis dalam pemilu parlemen di Palestina baru-baru ini oleh Barat dianggap sebagai tsunami politik bagi kepentingan mereka di Timur Tengah. Amerika Serikat dengan cepat menyatakan tidak akan pernah mengakui HAMAS jika yang bersangkutan tidak mengakui negara Israel. Sikap negara-negara Sekutu AS di Eropa pun demikian. Bahkan sejumlah negara Eropa—dimotori Kanselir Jerman Angela Merkel—segera menyerukan boikot pemerintahan Palestina yang kini dikuasai HAMAS. Merkel menyerukan agar negara-negara donor yang selama ini membantu Palestina dengan dana dan proyek segera menghentikan bantuannya. Amerika dan Israel terlebih dahulu memboikot Palestina di bawah HAMAS.

Kenyataan ini menggambarkan dengan jelas kepada kita bahwa aksi boikot merupakan sesuatu yang sangat mungkin. Jika Amerika dan Eropa yang memang kaya-raya bisa melakukan boikot aliran dana terhadap Palestina dengan alasan Palestina kini dipimpin oleh organisasi “teroris”, maka Dunia Islam pun bisa dan mampu untuk melakukan boikot terhadap semua produk perusahaan Israel, Amerika, dan negara-negara Eropa yang menjadi sekutu bagi Zionis-Israel. Jadi, tidak hanya produk Denmark.

Sayangnya, banyak dari kalangan umat Islam di Indonesia yang bersikap tidak perduli dengan nasib agama dan saudara-saudaranya di belahan bumi lain. Ketika anak-anak kecil Palestina dibunuh dengan semburan peluru Zionis-Israel, umat Islam Indonesia banyak yang sedang membelanjakan uangnya membeli produk-produk sekutu Israel. Hal itu seolah memang tidak berkaitan, tapi sesungguhnya hal demikian memiliki keterkaitan yang kuat dan erat.

Seruan boikot dari Dunia Islam, yang diserukan para ulama kaliber internasional atas produk Denmark dan Norwegia sesungguhnya merupakan kelanjutan dari seruan serupa terhadap produk Israel, Amerika, dan negara-negara sekutu mereka yang memerangi umat Islam di awal tahun 2000-an. Di belakang pembuatan kartun yang menghina Rasulullah SAW, banyak kalangan meyakini bahwa ini merupakan ulah dari kaum Yahudi dan Islamopobi lainnya. “Saya yakin Yahudi ada di belakang pembuatan kartun ini,” tegas Ketua MUI KH. Umar Shihab dalam wawancara Liputan 6 sore (6/2).

Di lapangan, seruan boikot itu tidak saja diikuti oleh kaum Muslimin, tapi juga oleh banyak kalangan non-Muslim yang sadar dan bersimpati pada kemerdekaan Palestina, termasuk orang-orang Yahudi sendiri yang anti pada gerakan zionisme dan “Negara Israel” seperti Kelompok Yahudi Neturei Karta di AS (1) pimpinan Rabi Yisroel Dovid Weiss. Rabi Weiss sangat aktif mengikuti penggalangan opini untuk memerdekakan Palestina dan mengecam Zionisme. Bahkan dalam banyak aksi demo, Rabi Weiss tidak segan-segan membakar bendera Israel di jalanan sembari mengusungposter bertuliskan, “Authentic Rabbis Have Always Opposed Zionism and the State of Israel”, Rabbi Sejati Selalu Anti Zionisme dan Anti Pendirian Negara Israel.

Di mata Weiss, AS juga identik dengan Zionis-Israel, karena nyaris seluruh sumber daya negara ini dipersembahkan kepada Israel. Menurut data yang ada, AS secara resmi memang mengalokasikan hibah setiap tahunnya kepada Israel dalam jumlah yang amat besar. Untuk tahun 2002 saja, Gedung Putih telah menyetujui hibah kepada Israel sebesar 2.04 miliar dollar (jika kurs rupiah 1 dollar AS senilai Rp. 10 ribu, maka jumlahnya sekitar 20.400.000.000.000 atau 20,4 triliun rupiah!), ini nyaris mendekati angka 20% dari total bantuan luar negeri Amerika ke seluruh dunia. Dan ini baru yang resmi dan dilaporkan, belum lagi bantuan-bantuan tidak resmi yang digalang oleh para politisi, pengusaha, anggota Kongres, dan sebagainya. AS tidak ada bedanya dengan Zionis-Israel.

Jika orang Yahudi seperti Rabi Weiss saja bisa sadar dan berbuat sesuatu terhadap kemerdekaan Palestina, seharusnya umat Islam merasa malu jika tidak bisa berbuat apa-apa yang lebih dari itu, apalagi sampai membantu Israel atau Amerika.

Sebab itulah, aksi boikot yang pernah begitu nyaring bergema di awal tahun 2000-an sekarang nyaris sudah tidak terdengar gemanya lagi. Prosentase laba sejumlah perusahaan Amerika dan Israel yang pernah anjlok, sekarang kembali menunjukkan kenaikan yang berlipat ganda. Perekonomian Israel yang sempat kolaps kini membaik lagi. Tidak salah jika orang mengatakan bahwa ingatan kaum Muslimin sangatlah pendek.

Padahal, dari banyak pintu jihad yang ada, aksi boikot merupakan pintu yang paling mudah dimasuki dan sama sekali tidak memerlukan apa-apa selain kesadaran, pemahaman, dan kekuatan iman. Aksi boikot terhadap barang-barang Amerika dan Yahudi bukan aksi sehari atau setahun, namun ia merupakan aksi sepanjang hayat dari generasi ke generasi, bagi siapa saja yang menginginkan perdamaian hakiki tercipta bagi Muslim Palestina, Muslim Afghanistan, Muslim Chechnya, dan Muslim seluruh dunia.

Aksi ini juga terbukti sangat efektif dengan sempat kolapsnya perekonomian Israel beberapa bulan setelah aksi boikot dilancarkan. Kolapsnya Israel ini kemudian membangkitkan simpati besar dari kaum Zionis sedunia, terutama Amerika, yang menggelar acara penggalangan dana membantu Zionis-Israel agar tidak mati.

Walau aksi ini tidaklah memerlukan izin atau jalur birokrasi dan sebagainya, di sisi lain umat Islam juga harus mengakui bahwa aksi boikot tidaklah semudah mengepalkan tangan sembari berteriak-teriak. Dalam industri dunia yang nyaris sempurna dikuasai korporasi Yahudi dan Barat, di mana Amerika menjadi lokomotif utamanya, kehidupan kaum Muslimin sekarang telah dikepung produk-produk Barat tersebut. Nyaris mustahil sekarang ini, jika kita benar-benar ‘membuang’ seluruh produk Barat dari kehidupan kita. Ini baru satu masalah. Lantas, masih mungkinkah aksi boikot dilakukan?

Allah SWT telah berjanji di balik setiap kesulitan selalu ada kemudahan. Dalam hal boikot, walau kelihatannya sulit, namun sesungguhnya ia mudah dan sangat mungkin dilakukan. Dalam percakapan dengan penulis di tahun 2002, Allahuyarham Ustadz Rahmat Abdullah mengatakan bahwa aksi boikot memang bukanlah aksi yang mudah dan instant, namun aksi yang panjang dan memerlukan ketahanan diri yang kuat. Di dalam perjuangan itu, demikian Ustadz Rahmat, kita bisa memilah mana produk Barat yang bisa kita hindari dan mana yang tidak.

“Di sini berlaku prioritas dakwah. Bagi produk Barat yang tidak bisa kita hindari, belum ada alternatifnya, sebaiknya dalam penggunaannya kita gunakan untuk kemashlahatan umat dan dakwah, meninggikan kalimah Allah. Komputer misalnya, walau itu produk Barat, tapi itu harus digunakan untuk melawan hegemoni informasi dan ghouzwul fikri yang mereka buat. Demikian juga yang lainnya,” paparnya.

Dalam sejarah jihad Afghanistan, misalnya, para Mujahidin Afghan juga pernah mendapat suplai senjata dan amunisi dari Amerika untuk melawan Soviet. Namun setelah Soviet tumbang, amunisi dan senjata itu oleh para Mujahidin diarahkan dan ditembakkan ke tentara Amerika, di Irak maupun Afghanistan hingga sekarang.(2)

Di Indonesia, mungkin juga di negara-negara Muslim lainnya, salah satu hal yang membuat aksi boikot kurang maksimal bisa jadi disebabkan minimnya informasi dan sosialisasi yang memadai tentang aksi boikot itu sendiri. Sebab inilah, masyarakat harus dibantu dengan informasi yang lengkap tentang mana saja produk Barat dan Yahudi yang masuk dalam daftar boikot dari Dunia Islam, mana produk mereka yang masih bisa dipakai atau dikonsumsi dengan syarat-syarat tertentu, dan mana produk-produk alternatif yang bisa digunakan oleh umat Islam. Informasi yang lengkap tentang besarnya dana yang mengalir dari berbagai perusahaan Amerika ke Israel juga akan menambah kesadaran di kalangan umat Islam akan betapa pentingnya aksi boikot dilakukan dengan sepenuh hati dan tanpa keraguan sedikit pun.

Sayangnya, informasi ini belum tersedia secara luas di tengah masyarakat kita. Untuk mengisi kekosongan inilah, salah satunya, buku ini ditulis. Walau masih jauh dari lengkap, setidaknya ini bisa menjadi awal yang pada akhirnya mampu melahirkan panduan-panduan yang lebih lengkap dan sempurna. Akan lebih bagus lagi jika hal ini membuat para pengusaha Muslim untuk kembali memikirkan bagaimana melahirkan produk-produk alternatif bagi umat Islam.

Dan yang juga tak kalah penting, seruan boikot terhadap Israel dan Amerika sesungguhnya bukan sekadar terhadap produk dan barang, tapi juga dalam bidang kebudayaan, olahraga, media massa, dan sebagainya. Bahkan bisa dikatakan, seluruh sisi kehidupan umat Islam hendaknya bersih total dari segala yang menguntungkan Zionis- Israel dan Amerika. Kampanye aksi boikot terhadap Israel dan Amerika sekarang ini tidak saja diteriakkan oleh kaum Muslimin, tapi juga oleh kalangan non-Muslim yang sudah muak dengan segala kebiadaban dan kebohongan Israel dan Amerika.

Perang ini adalah perang dari generasi ke generasi yang amat panjang dan bisa jadi sangat melelahkan, perang untuk mengakhiri kebinatangan dan membebaskan manusia dari sifat-sifat binatang. Janji Allah SWT yang teramat indah berada di ujungnya dan bisa diraih dengan penuh kemuliaan.

Selama Palestina belum merdeka, selama peradaban Islam belum kembali bangkit mengalahkan peradaban Barat warisan peradaban Greeco-Roman yang penuh berhalaisme—termasuk memberhalakan cinta dan nafsu syahwat—maka perjuangan ini tak kenal kata henti. Semoga Allah SWT akan mencatat segala amal sholeh dan kesungguhan kita. Amien.

Maka, alangkah bagusnya jika kasus penghinaan media-media Barat kepada Rasulullah SAW yang terjadi baru-baru ini dijadikan momentum yang tepat bagi seruan boikot produk-produk Israel, Amerika, dan sekutunya secara keseluruhan. Ingat, mereka, musuh-musuh allah SWT itu tidak akan pernah berhenti menyerang umat Islam ini sebelum kita tunduk pada kehendak dan kemauan mereka. “Wa Ian tardho ankal Yahudu wa Nashara hatta tatabi’an millatahum,” demikian Allah berfirman di dalam al-Qur’an.

Seperti biasa, penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada semua pihak, teman-teman seperjuangan, para orangtua kami yang telah rela membagi ilmu dan wawasannya, para guru dalam arti sesungguhnya, dan orang-orang yang tidak bisa disebutkan satu-persatu karena satu dan lain hal. Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua ikhwah mujahid yang tergabung dalam tim website Innovative Minds yang berpusat di Inggris atas data-datanya yang menjadi acuan utama buku ini. Semoga Allah SWT melimpahkan pahala, rahmat, dan karunia-Nya atas segenap perjuangan yang ikhlas dan penuh pengorbanan. Untuk Ananda M. Faiz Muharam, semoga generasimu kelak mampu menjadi generasi yang tangguh dan kokoh dalam melanjutkan jalan jihad yang panjang dan senyap ini. Cukuplah Allah SWT dan Rasul-Nya yang menjadi sahabat dan pelindungmu. Teruskan perjuangan ini!.

Pondok Gede, Februari 2006 Rizki Ridyasmara

(1) Gerakan Yahudi Neturei Karta yang berpusat di AS merupakan gerakan orang-orang Yahudi militan yang anti pada gerakan Zionisme yang dicetuskan Theodore Hetrz di Basel, Swiss. Menurut gerakan yang mengklaim memiliki 60.000 orang pengikut, Zionisme telah mengkhianati dan memperkosa nilai-nilai Judaisme yang asli. “Orang-orang Yahudi telah ditakdirkan untuk hidup secara diaspora, bukan berkumpul di satu negara sendiri seperti hafivya negara Israel,” demikian salah satu sikap mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut ten tang Gerakan Yahudi Neturei Karta, silakan melihat karya Harun Yahya ten tang akar sejarah Yahudi dan Zionisme, atau bisa juga disimak di Neturei Karta USA Website.

(2) Salah satu senjata pemberian CIA kepada Mujahidin Afghan saat melawan Soviet Rusia dahulu adalah rudal antipesawat model jinjing Stinger. Dalam jihad Afghan melawan Soviet, Mujahidin berhasil menembak sekurangnya 300 pesawat maupun heli tempur Soviet. Pesawat militer pertama Soviet yang tertembak Stinger Mujahidin jatuh pada tanggal 16 Desember 1982. Setelah Soviet kabur dan Afghanistan berada dalam kendali Thaliban, CIA mencatat ada sekurangnya 200-300 Stinger lengkap jatuh ke tangan Thaliban. Dalam invasi pasukan AS ke Afghan paska kasus 9-11, senjata ini menjadi momok menakutkan bagi pilot-pilot pesawat tempur AS. Untuk mendapatkan kembali ratusan Stinger tersebut dari Thaliban, CIA menggelar operasi khusus dan rahasia. Lewat para agen-agen Arabnya, CIA mengontak sejumlah pemain bisnis senjata yang dipercaya memiliki hubungan dengan Thaliban. CIA ingin membeli kembali rudal-rudal tersebut. CIA bahkan berani membeli satu unit rudal tanpa pelontar seharga 175.000 dollar AS. Padahal untuk varian terbaru (FIM-92A), setiap unit lengkap hanya dibanderol 38.000 dolar AS. Tapi operasi ini gagal total. Sampai sekarang, tak satu pun Stinger tersebutberhasil dibawa pulang ke Amerika. Keberadaannya hingga saat ini masih menjadi misteri bagi CIA. (”Dirty War, Mesiu di Balik Skandal Politik dan Obat Bius”, Edisi Koleksi Angkasa XXIV, 2005,hal.l03)

Boikot Produk Amerika dan AS, SEBUAH kEMUSTAHILAN


Boikot Produk Amerika dan AS, SEBUAH kEMUSTAHILAN
(Suara Hidayatullah)
oleh Faris Khoirul Anam


Pada liburan musim panas lalu, saya berkesempatan mengunjungi Rubath Ba'asyin, sebuah desa kecil di lembah (wady) Dou'an, Provinsi Hadramaut. Kebetulan saya sedang menempuh studi di sebuah universitas di provinsi yang sama.

Tidak ada yang lebih menarik dari perjalanan yang melelahkan dan sedikit "membuat putus asa" ini (karena tidak ada transportasi umum, ditambah kondisi jalan yang tak beraspal), kecuali profil desa Rubath yang begitu menarik. Dari desa inilah asal Muhammad Awadl, ayah kandung Osama bin Laden, sebelum hijrah dan menjadi milyuner Arab Saudi.

Selain beberapa buah pipa sumbangan Muhammad Awadl yang mengalirkan air dari bendungan di Wady Dzahab ke rumah-rumah penduduk, "peninggalan" Muhammad di desa yang menempel di bukit itu adalah bekas rumahnya yang terbuat dari tanah (seperti rumah-rumah di Hadramaut pada umumnya), dilapisi semen putih dan berukuran cukup besar. Rumah tersebut, sebagian kini dijadikan madrasah/sekolah, dan sebagian lagi ditempati keluarga yang saya tidak tahu pasti hubungan mereka dengan keluarga bin Laden.

Menurut informasi teman yang mengantar saya, yang kebetulan penduduk asli desa tersebut, istri pemilik toko tepat di samping rumah yang mirip benteng itu, masih mempunyai 'nama belakang' bin Laden. Jika benar demikian, berarti hubungan kekeluargaannya dengan pemimpin Al Qaedah yang menjadi musuh besar AS masih tergolong dekat, mengingat qabilah / marga bin Laden tidak begitu besar bila dibandingkan qabilah-qabilah lain yang ada di Arab.

Lalu, apa hubungan "cerita perjalanan" ini dengan usaha pemboikotan terhadap segala produk AS dan Yahudi ?

Yang saya alami ini mungkin sekedar contoh dominasi produk AS dan konsekuensi kita sebagai muslim yang telah lama mendengar pemboikotan produk AS dan Yahudi. Bukan hanya sejak isu serangan AS ke Irak saat ini, atau saat serangan ke Afghanistan beberapa bulan lalu. "Ancaman" pemboikotan sebenarnya sudah lama kita dengar.

Di toko kecil di samping rumah tua keluarga bin Laden itu, yang juga milik suami salah satu keluarga bin Laden yang tidak ikut berimigrasi ke Saudi Arabia, produk-produk kecil AS (sabun, minuman, dsb) masih bisa kita lihat, bahkan mendominasi! Ini bisa dikatakan hanya sekedar ungkapan bahwa, bagaimanapun juga, produk AS dan Yahudi telah menjadi bagian hidup kaum muslimin, apapun "background" keluarga mereka atau dari lapisan masyarakat mana mereka berasal. Seakan perlu perjuangan berat dan panjang dalam usaha pemboikotan secara total dan maksimal.

Sepanjang yang disaksikan zaman, kaum muslimin tidak pernah bersatu dalam memegang konsekuensi, dan tidak pernah sehati dalam mencapai tujuan dan target yang sama.

Kita semua tahu bagaimana AS mempecundangi negara-negara Islam, menyudutkan, menekan, bahkan menyerang. Kita juga tahu, Israel terus membunuhi saudara-saudara kita di Bumi Palestina dengan senjata-senjata Amerika. Israel berada "di atas angin" dalam melancarkan agresi militernya di Palestina dengan senjata yang amat canggih karena sokongan dana Amerika yang tak pernah berhenti. Dan ironisnya, dana yang besar ini terkumpul karena "peran" kita sendiri. Kita sendiri yang menjadikan negeri kita dibanjiri produk AS dan Yahudi, kemudian mengirim hasil penjualannya ke negeri mereka untuk selanjutnya dijadikan senjata pembunuh saudara-saudara kita.

Melihat pembantaian kaum muslimin di beberapa negara, banyak pihak berharap bisa terjun berjihad, namun menjadi "putus asa" karena tak ada jalan ke arah sana. Padahal, pintu jihad sangatlah banyak dan terbuka di depan mata kita. Di antaranya adalah pemboikotan produk-produk tersebut, yang telah begitu lama digembar-gemborkan di negara-negara muslim. Bagi mereka yang banyak mendendangkan kata jihad dan mengeluh karena tak menemukan jalan, silakan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk merealisasikan "perang" baru ini secara total dan menyeluruh.

Benar, masih kita dapati pemerintah negara-negara Arab dan Islam yang terus menggantungkan diri pada Amerika, atau pengusaha-pengusaha muslim yang lebih senang menjadikan perusahaan Amerika sebagai partner bisnis, hingga negaranya dipenuhi produk-produk musuh Islam dan menjadi pasar besar produksinya. Ini terjadi, namun "kekuasaan" ada di tangan ummat. Kita bisa memboikot, bahkan mengikis habis komoditi tersebut lalu memaksa mereka membuangnya ke tong sampah karena tak lagi laku di pasaran… Kenapa kita tidak melakukannya?

Ini akan menjadi pekerjaan mudah --dengan pertolongan Allah SWT-- karena dalam realisasi kita tak melewati rumitnya birokrasi, juga tak membutuhkan peraturan resmi pemerintah. Biarkan pemerintah berasyik masyuk dengan Amerika dan Zionis, sebagai muslim mari kita tanamkan dalam hati totalitas keikhlasan dan keimanan untuk menempuh salah satu cara jihad ini. "Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu" (Al Anfal : 9). Mari kita perbarui bai'at (perjanjian) kita di hadapan Allah SWT. "Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman" (Ar Ruum : 47).

Kita merasa senang dan mendapat angin segar dengan fenomena "Perang Cola" yang sudah mencapai tingkat "menyaingi produk AS", (Hidayatullah.com, 12/10/02). Semoga ini bisa diikuti perusahaan dan negara lain. Untuk mengembalikan dan menampakkan citra kejayaan Islam di hadapan musuh-musuh Allah. ”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Ali Imran : 139).

Banyak kalangan optimis, program boikot terhadap segala produk AS adalah salah satu langkah tepat untuk meruntuhkan ke-adikuasa-an Amerika yang dzalim. Sebagaimana juga dilaporkan, perusahaan AS semisal McDonald's, Starbucks, Nike, dan Coca-cola mengaku telah mengalami penurunan akibat kampanye boikot yang dilakukan sebagian muslim di seluruh dunia beberapa waktu lalu.

Semoga segera terwujud janji Allah SWT dalam firman-Nya: ”Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang dzalim." (Ali Imran : 140).

Khadijah Binti Khuwailid


KHADIJAH BINTI KHUWAILID radhiallâhu 'anha

(Sang kekasih yang selalu dikenang jasanya)

Beliau adalah seorang sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Dia adalah putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Dijuluki ath-Thahirah yakni yang bersih dan suci. Sayyidah Quraisy ini dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fill (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya.

Pada mulanya beliau dinikahi oleh Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun.Tatkala Abu Halah wafat, beliau dinikahi oleh Atiq bin 'A'id bin Abdullah al-Makhzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka cerai.

Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau tetapi beliau memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang mana beliau menjadi seorang yang kaya raya. Suatu ketika, beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau mendengar tentang Muhammad sebelum bi'tsah (diangkat menjadi Nabi), yang memiliki sifat jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah. Beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad melebihi dari apa yang dibawa oleh selainnya. Muhammad al-Amin pun menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama Maisarah dan Allah menjadikan perdagangannya tersebut menghasilkan laba yang banyak. Khadijah merasa gembira dengan hasil yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad, akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam dari semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagamana kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan yang lain.

Akan tetapi dia merasa pesimis; mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya sudah mencapai 40 tahun? Apa nanti kata orang karena ia telah menutup pintu bagi para pemuka Quraisy yang melamarnya?

Maka disaat dia bingung dan gelisah karena problem yang menggelayuti pikirannya, tiba-tiba muncullah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih, selanjutnya dia ikut duduk dan berdialog hingga kecerdikan Nafisah mampu menyibak rahasia yang disembuyikan oleh Khodijah tentang problem yang dihadapi dalam kehidupannya. Nafisah membesarkan hati Khadijah dan menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas cantik.Terbukti dengan banyaknya para pemuka Quraisy yang melamarnya.

Selanjutnya, tatkala Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad al-Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukan kelihaian dan kecerdikannya:

Nafisah : Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad?

Muhammad : Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah .

Nafisah : (Dengan tersenyum berkata) Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya raya, cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya?

Muhammad : Siapa dia ?

Nafisah : (Dengan cepat dia menjawab) Dia adalah Khadijah binti Khuwailid

Muhammad : Jika dia setuju maka akupun setuju.

Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk menikahi sayyidah Khadijah. Kemudian berangkatlah Abu Tholib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar.

Setelah usai akad nikah, disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan diantara mereka terdapat Halimah as-Sa'diyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak susuannya. Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad yang sekarang menjadi suami tercinta.

Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad al-Amin dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingan sendiri. Manakala Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad. Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengembil salah seorang dari putra pamannya, Abu Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib radhiallâhu 'anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam .

Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebehagaian dan nikmat yang berlimpah, dan mengkaruniakan pada keduanya putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum dan Fatimah.

Kemudian Allah Ta'ala menjadikan Muhammad al-Amin ash-Shiddiq menyukai Khalwat (menyendiri), bahkan tiada suatu aktifitas yang lebih ia sukai dari pada menyendiri. Beliau menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah di Gua Hira' sebulan penuh pada setiap tahunnya. Beliau tinggal didalamnya beberapa malam dengan bekal yang sedikit jauh dari perbuatan sia-sia yang dilakukan oleh orang-orang Makkah yakni menyembah berhala dan lain –lain.

Sayyidah ath-Thahirah tidak merasa tertekan dengan tindakan Muhammad yang terkadang harus berpisah jauh darinya, tidak pula beliau mengusir kegalauannya dengan banyak pertanyaan maupun mengobrol yang tidak berguna, bahkan beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga dan menyelesaikan tugas yang harus dia kerjakan dirumah. Apabila dia melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke gua, kedua matanya senantiasa mengikuti suaminya terkasih dari jauh. Bahkan dia juga menyuruh orang-orang untuk menjaga beliau tanpa mengganggu suaminya yang sedang menyendiri.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tinggal di dalam gua tersebut hingga batas waktu yang Allah kehendaki, kemudian datanglah Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah sedangkan beliau di dalam gua Hira' pada bulan Ramadhan. Jibril datang dengan membawa wahyu.Selanjutnya beliay Nabi Saw keluar dari gua menuju rumah beliau dalam kegelapan fajar dalam keadaaan takut, khawatir dan menggigil seraya berkata: "Selimutilah aku ….selimutilah aku …".

Setelah Khadijah meminta keterangan perihal peristiwa yang menimpa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menjawab:"Wahai Khadijah sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku".

Maka Istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: "Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, sugguh aku berharap agar anda menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya anda telah menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran.

Maka menjadi tentramlah hati Nabi berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena pembenaran dari istrinya dan keimanannya terhadap apa yang beliau bawa.

Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yang cerdas dan bijaksana, bahkan beliau dengan segera pergi menemui putra pamannya yang bernama waraqah bin Naufal, kemudian beliau ceritakan perihal yang terjadi pada Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam . Maka tiada ucapan yang keluar dari mulutnya selain perkataan: "Qudus….Qudus…..Demi yang jiwa Waraqah ada ditangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan kepadaku benar,maka sungguh telah datang kepadanya Namus Al-Kubra sebagaimana yang telah datang kepada Musa dan Isa, dan Nuh alaihi sallam secara langsung.Tatkala melihat kedatangan Nabi, sekonyong-konyong Waraqah berkata: "Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini, pastilah mereka akan mendustakan dirimu, menyakiti dirimu, mengusir dirimu dan akan memerangimu. Seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dien Allah ". Kemudian ia mendekat kepada Nabi dan mencium ubun-ubunnya. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Apakah mereka akan mengusirku?". Waraqah menjawab: "Betul, tiada seorang pun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yang menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu …kalau saja aku masih hidup…". Tidak beberapa lama kemudian Waraqah wafat.

Menjadi tenanglah jiwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tatkala mendengar penuturan Waraqah, dan beliau mengetahui bahwa akan ada kendala-kendala di saat permulaan berdakwah, banyak rintangan dan beban. Beliau juga menyadari bahwa itu adalah sunnatullah bagi para Nabi dan orang-orang yang mendakwahkan dien Allah. Maka beliau menapaki jalan dakwah dengan ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul Alamin, dan beliau mendapatkan banyak gangguan dan intimidasi.

Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam.

Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantunya serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya.Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau Shallallahu 'alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ayat-ayat Al-Qur'an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya:

"Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (belasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!"(Al-Muddatstsir:1-7).

Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. Khadijah radhiallâhu 'anha turut mendakwahkan Islam disamping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya.

Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Allah Ta'ala:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi?" . (Al-'Ankabut:1-2).

Allah memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang pencipta dengan penuh kemuliaan.

Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari Utsman bin Affan radhiallâhu 'anhu karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Akan tetapi tidak ada kata putus asa bagi seorang Mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Ta'ala :

"Kamu sungguh-sungguh akan duji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang di utamakan ". (Ali Imran:186).

Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin ash-Shiddiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesanangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda: "Demi Allah wahai paman! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya".

Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka'bah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun. Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum hijrah.

Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam.

Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalalm hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemamapuan untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya. Karena itu pula Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid".

Ya Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah Ath-Thahirah. Seorang istri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan diennya dengan seluruh apa yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.