Rabu, 05 Maret 2008

Saat mataku menelisik pagi. aku mulai bertanya, mengapa aku hidup? mengapa aku diciptakan jadi manusia? lalu mengapa aku diciptakan menjadi laki-laki, dan masih banyak pertanyaan yang mengisi otakku. namun, sekian lama aku merenung aku diingatkan oleh Allah bahwa adanya aku didunia ini adalah sebuah nikmat. adalah sebuah takdir yang Allah putuskan.
aku adalah mahluk terpilih dari sekian ribu 'calon' manusia yang berkompetisi untuk meraih medali singgah didunia. maka distulah aku sadar bahwa hidup ini adalah amanah. dan amanah itu harus kutunaikan dengan baik. karena didunia ini aku hanya sementara singgah. tempat tinggal keabadianku adalah akhirat. disini aku hanya bercocok tanam. menanam benih-benih kebaikanku. dan kelak diakhirat lah aku akan menuai hasilnya.
Mulai saat ini marilah kita merekonstruksi hidup kita kembali. sadarilah bahwa kehidupan didunia ini adalah sebuah hal yang fana. ini hanya sementara. dan yang pasti hidup itu hanya satu kali. hanya sekali. jadi isilah hari-hari dalam diary kehidupan kita dengan tinta emas kebaikan. karena sungguh akhirat adalah sebuah keniscayaan. dan untuk menuju akhirat kita harus mengahadapi fase kematian.
berpikirlah untuk berbuat keburukan. karena setiap hal yang kita lakukan akan ada pertanggungjawabannya diakhirat kelak. dan ingat pula bahwa adaDzat yang selalu mengawasi kita dimanapun dan Kapanpun. Dialah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Daur ulang syahadat kita. sebelum kematian menjemput. karena saat ruh telah mencapai kerongkongan tak ada kesempatan lagi untuk mendaur ulang pemyesalan kita.
Saudaraku, mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan...
Syurga Allah telah menjelang.

Sabtu, 23 Februari 2008

Langkah Jitu Menyelesaikan Masalah

Langkah Jitu Menyelesaikan Masalah

Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS Al-Baqarah [2]: 216)

Tidak ada yang paling dekat dengan kehidupan kita selain masalah. Di mana pun kita berada, ke mana pun kita pergi, dan kapan pun kita bergerak, masalah akan selalu mendampingi kita.

Apa yang dimaksud dengan masalah? Sederhananya, masalah adalah ketidaksesuaian antara apa yang kita harapkan dengan kenyataan. Kita menginginkan A, tapi kenyataan menunjukkan B, itu adalah masalah. Kita menginginkan banyak uang, tapi kenyataannya kita tidak punya uang, itu juga masalah. Pokoknya, semua hal yang tidak sesuai dengan keinginan diri adalah masalah.

Karena itu, persoalannya bukan pada masalah; persoalannya terletak pada cara kita memandang masalah. Apakah kita memandang masalah sebagai beban atau sebagai sarana meningkatkan kualitas diri, itulah yang harus menjadi perhatian. Maka, jangan takut menghadapi masalah, tapi takutlah bila kita salah menyikapinya.

Saudaraku, suatu pekerjaan akan bisa maksimal kalau kita melakukannya sesuai prosedur. Umumnya, setiap aktivitas mempunyai prosedurnya masing-masing. Misalnya shalat. Rukun Islam yang kedua ini memiliki prosedur pengerjaan. Diawali dengan wudhu, kemudian melakukan shalat dengan gerakan yang telah ditentukan secara berurutan (tuma'ninah). Tanpa menjalani prosedur ini secara berurutan, tidak mungkin shalat kita akan diterima. Segalanya harus sesuai prosedur.

Demikian pula dengan menyelesaikan masalah. Ada prosedur-prosedur khusus yang harus dilewati agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga prosedur yang dapat kita lakukan agar masalah bisa mendatangkan kebaikan, yaitu:

1. Persiapan
Persiapan erat kaitannya dengan mental. Langkah awalnya adalah menyadari bahwa kita punya masalah. Tanpa adanya kesadaran, mustahil kita bisa memperbaiki diri. Setelah itu, cobalah untuk menghimpun input (informasi) dari orang lain tentang masalah tersebut. Semakin banyak input, insya Allah akan semakin baik. Langkah ketiga adalah memetakan masalah yang didasarkan pada input tersebut. Cari, hal-hal apa saja yang menjadi sumber masalah.

Misal, kita merasa bahwa kita kurang berilmu; kurang wawasan (langkah pertama). Setelah sadar kita kurang wawasan, bertanyalah pada orang-orang yang sering berinteraksi dengan kita, misal suami/istri, teman, tetangga, dan lainnya. Apa benar kita seperti itu? Bagaimana pandangan mereka terhadap kita? Kekurangan kita itu di bidang apa? Apakah kita malas belajar? dan sebagainya (langkah kedua). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, segeralah kita petakan masalah: Apa yang menyebabkan kita kurang wawasan? Mungkin kita malas belajar, salah memilih pergaulan, tidak punya biaya untuk pengembangan diri, dan lainnya (langkah ketiga).

2. Solusi
Bila tahap persiapan sudah kita lalui, segera kita bertanya tentang solusi. Langkah pertama adalah menghimpun solusi. Tanyalah orang tentang solusi yang paling memungkinkan: "Bagaimana cara agar kita menjadi orang berilmu". Himpun solusi sebanyak mungkin. Bertanyalah pada orang-orang yang dapat dipercaya. Setelah itu petakan solusi. Cara seperti apa yang mungkin kita lakukan. Apakah kita harus masuk pesantren, ikut pengajian, membaca buku, dan lainnya. Langkah ketiga, buatlah rencana aksi yang tertulis dan terukur. Misal, dalam seminggu berapa buku yang harus dibaca atau pengajian mana yang harus kita datangi. Rencana aksi tersebut harus jelas, spesifik, terukur, dan tidak mengawang-awang.

3. Pelaksanaan
Setelah mental kita siap dan solusi pun sudah ada, segeralah bertindak. Jangan ditunda-tunda. Yang tak kalah penting, apa yang kita lakukan harus terus dikontrol dan dievaluasi. Wallahu a'lam.

( Abdullah Gymnastiar )

Allah maha mengabulkan

Allah Yang Maha Mengabulkan

Hal terpenting dalam hidup adalah perubahan diri menjadi lebih baik. Doa yang baik adalah doa yang menjadikan seseorang lebih baik dalam hidupnya.

Semoga Allah Yang Maha Pemurah mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk senantiasa menjadikan doa sebagai dzikir harian. Saudaraku, Al-Mujiib adalah satu nama Allah dalam Asma'ul Husna yang berarti Allah Yang Maha Mengabulkan. Al-Mujiib berasal dari akar kata ajaaba yang berarti "menjawab" dan "jawaban", yaitu membalas pembicaraan, pertanyaan, permintaan atau semacamnya. Sementara ulama mengatakan bahwa kata ini awalnya mengandung makna "memotong", seolah-olah memotong permintaan dengan pengabulan sebelum tuntasnya permintaan tersebut. Dalam Alquran, kata Al-Mujiib hanya disebutkan satu kali, yaitu dalam QS Hud [11] ayat 61 dan jamaknya, mujiibun, dalam QS Ash-Shaffat [37] ayat 75.

Allah adalah Dzat yang akan mengabulkan setiap permohonan. Karena itu, Allah Azza wa Jalla menganjurkan setiap hamba untuk selalu berdoa kepada-Nya (QS Al-Baqarah [2]: 186).

Sekarang timbul pertanyaan, mengapa Allah memerintahkan kita untuk berdoa? Bukankah Dia sudah tahu kebutuhan dan harapan kita, lebih tahu daripada kita sendiri! Bukankah tanpa berdoa pun Allah akan mencukupi segala kebutuhan kita! Bahkan ada yang tidak pernah berdoa, tapi ia diberi "lebih" daripada orang yang berdoa. Contoh, ada yang begitu cepat mendapatkan jodoh, padahal ia tidak berdoa. Di pihak lain ada yang setiap saat minta jodoh, tapi begitu sulit ia mendapatkannya.

Ternyata, doa adalah saripatinya ibadah. Kalau kita diperintahkan untuk beribadah, maka doa itulah saripatinya. Karena itu, orang yang tidak mau berdoa dikategorikan sebagai orang sombong. Dengan demikian, doa menjadi teramat penting bagi kita, dan tidak penting bagi Allah.

Apa alasannya? Doa akan memperjelas posisi kita sebagai hamba dan Allah sebagai Rabb yang menciptakan. Semakin jelas dan semakin mantap posisi ini, akan semakin beruntung pula hidup kita. Laa haula walaa kuwwata illa billahi 'aliyil 'adhim; tiada daya dan kekuatan hanyalah karena Allah Yang Mahaagung semata. Perasaan diri sebagai hamba adalah karunia luar biasa bagi kita, karena akan menentukan baik tidaknya perilaku kita di dunia.

Karakter hamba ahli doa
Saudaraku, hal terpenting dalam hidup adalah perubahan diri menjadi lebih baik. Demikian pula dengan doa, ia harus menjadikan setiap yang melakukannya menjadi lebih baik. Apa saja ciri seorang hamba ahli doa?

Pertama, ia memiliki tujuan yang jelas dalam hidup. Doa adalah target kehidupan. Dari sini kita lihat bahwa doa adalah pupuk, yang terpenting adalah bibit berupa usaha. Misal, doa sapu jagat. Kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus menjadi tujuan hidup. Tentunya kita harus mau berusaha dan berproses untuk mendapatkannya. Dilihat dari hal ini, doa adalah pupuk dan ikhtiar adalah bibit. Orang yang bagus doanya akan terprogram hidupnya. Ia memiliki target dan perencanaan untuk memenuhi target tersebut.

Kedua, ia akan senantiasa bersikap wara'. Seorang ahli doa tidak akan mau tersentuh barang haram. Sebab, doa akan terhalang kalau dalam badan kita terdapat barang haram. Rasulullah SAW mengatakan bahwa orang yang akan diterima ibadah dan dikabulkan doanya adalah orang bersih dari harta haram.

Ketiga, seorang ahli doa akan selalu berbaik sangka (husnudzah) kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Kalau kita selalu memandang baik apa yang dilakukan Allah, tidak berburuk sangka, insya Allah hidup kita akan bahagia. Apapun yang terjadi, pasti baik hasilnya, karena semua datang atas seizin Allah.

Tidak enak, pahit, atau menyengsarakan adalah persepsi kita. Allah tidak mungkin memberikan sebuah ujian, kecuali ada kebaikan di balik ujian tersebut. Ketika Allah "tidak mengabulkan" doa kita, maka yakinlah ada sesuatu yang lebih baik di balik tidak dikabulkannya doa tersebut. Hanya saja ilmu kita belum sampai pada hakikat tersebut.

Keempat, seorang ahli doa akan senang menolong, mempermudah, dan tidak mempersulit orang lain. Dia tahu bahwa Allah akan menolong seorang hamba yang suka menolong saudaranya. Allah akan mempermudah urusan seorang hamba bila hamba tersebut selalu mempermudah urusan orang lain. Yakinlah, semakin gemar kita menolong orang lain, akan semakin mudah pula doa kita dikabulkan, bahkan diberi yang lebih baik.

Di luar itu semua, sangat utama pula bila kita menjadikan setiap momentum sebagai doa yang akan membawa kebaikan. Ketika turun hujan, berdoalah. Ketika akan, sedang, dan setelah turun dari kendaraan, bordoalah. Ketika berjalan, boalah. Dan sebaik-baik doa adalah yang dicontohkan Alquran dan Rasulullah SAW. Wallahu a'lam bish-shawab.

( KH Abdullah Gymnastiar )

Menjadi manusia kreatif

Menjadi Manusia Kreatif

Hati yang jernih akan melahirkan firasat dan ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai tambah dalam kehidupan seorang Muslim. Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk mengisi hari-hari Ramadhan ini dengan cara terbaik, sehingga selepas Ramadhan kita memiliki kemampuan untuk menjalani hidup dengan kualitas terbaik pula.
Saudaraku, setiap hari usia kita bertambah; setiap hari terjadi perubahan, dan setiap hari pula masalah semakin bertambah, kompleks, dan semakin rumit. Karena itu, bila kemampuan kita tidak bertambah, maka cepat atau lambat masalah akan membinasakan dan menghancurkan kita.
Ada satu kemampuan yang harus selalu kita tingkatkan agar hidup kita semakin berkualitas. Itulah kreativitas. Kreativitas adalah daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Biasanya, kreativitas akan memunculkan inovasi, yaitu kemampuan untuk memperbaharui hal-hal yang telah ada. Bila kreativitas itu daya atau kemampuan, maka inovasi itu hasil atau produk.
Kreativitas begitu penting dalam hidup manusia. Mengapa? Tanpa kreativitas kita akan larut dan tergilas roda perubahan. Tanpa kreativitas kita tidak akan mampu bertahan menghadapi perubahan yang semakin cepat. Perusahaan-perusahaan besar yang mampu bertahan, biasanya memiliki tradisi untuk mengembangkan budaya kreatif yang kemudian menghasilkan produk-produk yang inovatif.
Bagaimana caranya agar kita mampu menjadi orang yang kreatif. Ada lima cara. Pertama, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Orang yang kreatif adalah orang yang gemar mencari informasi, gemar mengumpulkan input, dan cinta ilmu. Tiada berlalu waktu-waktunya, kecuali bertambah dengan input-input yang baru dan segar. Karena itu, kita harus selalu bertanya, sejauh mana kecintaan kita terhadap informasi dan ilmu.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan input tersebut. Antara lain melalui buku, sikap meneliti, menyimak, melihat tayangan televisi yang bermanfaat, berdiskusi, merenung, mendengar, menghadiri majelis ilmu, dan sebagainya.
Kedua, terbuka pada hal-hal yang baru. Setiap saat selalu terjadi perubahan. Karena itu, alangkah ruginya orang yang tidak mau berubah dengan menyukai hal-hal baru. Itu sama artinya dengan berjalan mundur, tatkala orang lain bergegas dan berlari. Orang yang kreatif adalah orang yang tidak terbelenggu dengan pendapatnya sendiri.
Tentu, terbuka dengan hal-hal baru tidak harus menjadikan kita mengikuti hal-hal baru tersebut. Kita bisa mengolahnya, menyaring hal-hal yang baik, dan menyesuaikan dengan nilai-nilai yang kita anut. Orang yang kreatif bisa dilihat dari kebiasaannya sehari-hari tatkala pergi ke kantor. Usahakan kita jangan melewati jalur yang sama, sekali-kali cari jalan lain. Biasanya kita pun akan mendapatkan ide-ide atau sesuatu yang baru pula.
Ketiga, berani memikul risiko. Semua tindakan kreatif biasanya akan mengundang risiko. Adalah mimpi melakukan sesuatu yang baru tanpa adanya risiko. Rasulullah SAW adalah orang yang kreatif dengan membawa ajaran baru (Islam) ke tengah-tengah umatnya. Konsekuensinya, beliau dimusuhi dan diperangi. Demikian pula dengan Thomas Alfa Edison. Ia adalah orang kreatif yang berani gagal beribu-ribu kali sebelum menemukan bola lampu. Untuk menjadi kreatif, kita harus berani menanggung risiko, keluar dari zona nyaman.
Keempat, memiliki semangat yang membara untuk sukses dalam hidup. Tanpa semangat, mustahil kita akan mendapat banyak hal dalam hidup. Semangat biasanya akan melipatgandakan kemampuan seseorang untuk berprestasi. Orang yang kreatif, hari-harinya akan selalu bersemangat untuk berproses dalam menggapai semua hal yang diinginkannya. Kita harus bertanya, bersemangatkah kita dalam hidup? Apakah kita ini seorang yang bermental lemah dan selalu kalah dalam memperjuangkan cita-cita? Kita sendiri yang bisa menjawabnya.
Kelima, nilai kreativitas akan semakin lengkap dengan hati yang jernih sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Biasanya, kejernihan hati akan melahirkan firasat dan ide-ide cemerlang yang akan menjadi nilai tambah dalam kehidupan seorang Muslim. Bahkan, karya-karya monumental biasanya berawal dari kejernihan hati dan ketajaman pikiran. Perlu ditekankan bahwa firasat dan ide akan lebih abadi bila kita segera menuliskan dan merealisasikannya dalam tindakan nyata. Biasanya ide yang cemerlang akan mati begitu saja bila tidak diamalkan. Sebaliknya, sebuah ide akan meningkatkan kualitas diri tatkala ia dipraktikkan dalam kehidupan.
Semoga Allah Yang Mahaagung, memberi kemampuan pada kita untuk menjadi seorang yang kreatif dalam hidup; kreatif yang positif; kreatif yang lahir dari kejernihan batin sebagai buah dari ibadah yang berkualitas. Karena itu, marilah kita menjadikan Ramadhan tahun ini sebagai titik balik perbaikan diri dengan menjadi hamba-hamba yang kreatif. Wallahu a'lam bish-shawab.

Pentingnya hidup sederhana

Pentingnya Hidup Sederhana

Dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk beramal saleh menolong sesama.

Semoga Allah Yang Mahakaya mengaruniakan kekayaan yang penuh berkah, dan melindungi kita dan tipu daya kekayaan yang menjadi fitnah.

Saudaraku, salah satu penyebab maraknya korupsi di negeri kita adalah kegemaran sebagian orang terhadap kemewahan dan menggejalanya pola hidup konsumtif. Memang, tantangan untuk tampil lebih (konsumtif) sangat terbuka di sekitar kita. Tayangan televisi sering membuat standar hidup melampaui kemampuan yang kita miliki. Iklan-iklan tidak semuanya memberikan keinginan primer, tapi juga yang sekunder dan tertier yang tidak terlalu penting. Tidak dilarang kita memiliki, tapi apakah yang kita miliki ini tergolong kemewahan atau tidak? Itulah yang harus kita pertanyakan.

Lalu apa kerugian hidup bermewah-mewah? Di zaman sekarang kemewahan bisa membawa bencana. Minimal dicurigai orang lain. Siksaan pertama dari kemewahan adalah ingin pamer, ingin diketahui orang lain. Siksaan kedua dari kemewahan adalah takut ada saingan. Pemuja kemewahan akan mudah dengkinya kepada yang punya lebih. Penyakit ketiga cemas, takut rusak, takut dicuri. Makin mahal barang yang dimiliki, kita akan semakin takut kehilangan.

Pentingnya hidup sederhana
Tampaknya, pola hidup sederhana harus dibudayakan kembali di masyarakat. Tak terkecuali di keluarga kita. Kalau orangtua memberikan contoh pada anak-anaknya tentang kesederhanaan, maka anak akan terjaga dari merasa diri lebih dari orang lain, tidak senang dengan kemewahan, dan mampu mengendalikan diri dari hidup bermewah-mewah.

Saudaraku, sederhana adalah suatu keindahan. Mengapa? Karena seseorang yang sederhana akan mudah melepaskan diri dari kesombongan dan lebih mudah meraba penderitaan orang lain. Jadi bagi orang yang merasa penampilannya kurang indah, perindahlah dengan kesederhanaan. Sederhana adalah buah dari kekuatan mengendalikan keinginan.

Dalam Islam, kaya itu bukan hal yang hina, bahkan dianjurkan. Perintah zakat bisa dipenuhi kalau kita punya harta, demikian pula perintah haji. Yang dilarang itu adalah berlebih-lebihan. Dalam QS At-Takaatsur, Allah SWT dengan tegas mencela orang yang berlebih-lebihan. Memang kita harus kaya tapi tidak harus bermegah-megah. Beli apa saja asal perlu, bukan karena ingin. Keinginan itu biasanya tidak ada ujungnya. Beli semua yang kita mampu beli, asal manfaat. Kita harus punya, tapi bukan untuk pamer dan bermegah-megah, tapi untuk manfaat. Kita tidak dilarang punya barang apa saja, sepanjang barang yang dimiliki halal dan diperoleh dengan cara halal. Saya tidak mengajak untuk miskin, tapi mengajak agar kita berhati-hati dengan keinginan hidup mewah.

Satu hal yang penting, ternyata di negara manapun orang yang bersahaja itu lebih disegani, lebih dihormati daripada orang yang bergelimang kemewahan. Apalagi mewahnya tidak jelas asal-usulnya.

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat sederhana, walaupun harta beliau sangat banyak. Rumahnya Rasul sangat sederhana, tidak ada singgasana, tidak ada mahkota. Lalu, untuk apa Rasulullah SAW memiliki harta? Beliau menggunakan harta tersebut untuk menyebarkan risalah Islam, berdakwah, membantu fakir miskin, dan memberdayakan orang-orang yang lemah.

Dari apa yang dicontohkan Rasulullah SAW, kita harus kaya dan harus mendistribusikan kekayaan tersebut pada sebanyak-banyak orang, minimal untuk orang terdekat. Maka, bila kita memiliki uang dan kebutuhan keluarga telah terpenuhi, bersihkan dari hak orang lain dengan berzakat. Kalau masih ada lebih, maka siapkan untuk orangtua, mertua, sanak saudara yang lain, dst. Kakak-adik, keponakan, juga harus kita pikirkan. Kekayaan kita harus dapat dinikmati banyak orang.

Semoga dengan hidup sederhana; tidak berlebihan, kita memiliki anggaran berlebih untuk ibadah, untuk meningkatkan kemampuan kita, dan untuk beramal saleh menolong sesama. Amin.

( KH Abdullah Gymnastiar )

Meneladani Zat Yang Maha Suci


Meneladani Zat Yang Mahasuci

Manusia punya standar kesempurnaan. Namun sesempurna apa pun menurut manusia, pasti tidak menjangkau kesempurnaan Allah. Al-Quddus adalah satu nama Allah dalam Asma'ul Husna. Kata Al-Quddus (Yang Mahasuci), dalam Al-Quran sering didampingkan dengan kata Al-Malik (Raja atau Penguasa). Seperti terungkap dalam QS Al-Hasyir [59] ayat 23 dan QS Al-Jumu'ah [62] ayat 1. Hal ini menunjukkan kesempurnaan kerajaan Allah sekaligus menampik adanya kesalahan, pengrusakkan atau kekejaman dari-Nya, akibat kesucian yang Dia miliki.
Dalam kamus Bahasa Arab, Al-Quddus dimaknai sebagai yang suci murni atau yang penuh keberkatan. Dari sini muncul berbagai penafsiran. Salah satunya mengartikan Al-Quddus sebagai yang terpuji dari segala macam kebajikan.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa Allah Al-Quddus adalah Dia yang tidak terjangkau oleh indra, tidak dapat dikhayalkan oleh imajinasi, tidak terlintas dalam nurani dan pikiran. Saking sempurnanya, Dia tidak terkejar Dzat-Nya oleh kekuatan indra. Mata tidak bisa melihat Allah. Jangankan Allah yang Mahasuci, pelupuk mata yang paling dekat saja tak mampu dilihat. Indra kita terlalu rendah untuk menjangkau keagungan Allah yang menggenggam alam semesta ini.
Mahasuci Allah dari beranak dan diperanakan. Bagi umat Islam, Allah tidak diserupai dan menyerupai apa pun (laisa kamislihi syai'un). Karena sesuatu itu pasti makhluk, dan setiap makhluk pasti ada kelemahan. Sedangkan Allah mustahil lemah.
Mahasuci Allah secara Dzat dan perbuatan-Nya. Tidak ada perbuatan Allah yang gagal. Mengatakan gagal pada perbuatan Allah pun tidak layak. Allah tidak mungkin gagal berbuat sesuatu. Mahasuci Allah dari yang dianggap sempurna oleh makhluk. Manusia punya standar kesempurnaan. Namun sesempurna apa pun menurut manusia, pasti tidak menjangkau kesempurnaan Allah. Bagaimana mungkin manusia yang serba terbatas bisa menilai kesempurnaan Allah; Dzat penggenggam langit dan bumi?
Mahasempurna Allah dari apa pun yang didugakan makhluk. Kita ini milik Allah, tidak jatuh sehelei rambut pun kecuali atas izin Allah. Kita bahkan tidak berdaya hanya oleh satu gigitan nyamuk.
Teladan Al-Quddus
Ada hikmah yang bisa diambil dari sifat Al-Quddus ini. Pertama, sikapi semua ketetapan Allah dengan prasangka baik. Allah berjanji, "Aku sesuai prasangkaan hamba-Ku". Semua yang Allah takdirkan pasti membawa kebaikan. Maka jadikan setiap kejadian sebagai sarana evaluasi diri. Apa pun yang menimpa, harus dapat mengubah kita jadi lebih baik. Kuncinya husnudzan pada Allah.
Kedua, menyadari bahwa manusia tidak sempurna. Sebagai manusia, apa yang dapat kita banggakan bila tidak memiliki iman? Secara fisik kita kalah oleh binatang. Hanya imanlah yang membuat kita lebih tinggi dari makhluk lainnya. Maka tutuplah pintu kesombongan, dan buka lebar pintu ketawadhuan. Tiada orang yang rendah hati, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya. Dengan mengenal Allah, insya Allah kita akan mampu rendah hati.
Ketiga, siap dengan kekurangan orang lain. Kita harus siap dengan kenyataan bahwa orang terdekat kita tidak sempurna. Secara fisik bisa "sempurna", tapi akhlak tidak ada yang sempurna. Kesiapan mental menerima kekurangan orang lain, akan membuat kita lebih bijaksana. Orang yang stres dalam hidup adalah orang yang selalu ingin sempurna dalam segala hal. Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Memang kita harus melakukan perencanaan yang matang, persiapan yang optimal, dan pelaksanaan yang hati-hati, tapi kita pun harus siap bahwa manusia itu (sekali lagi) tidak pernah ada yang sempurna. Wallahu a'lam bish-shawab.
( KH Abdullah Gymnastiar )

Jauhi sikap takabur


Tausiyah

Jauhi, Dua Perilaku Orang Takabur!

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah pada kedua ibu bapak, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri. (QS An-Nisa': 36)

Takabur (sombong) adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah. Orang takabur, hakikatnya tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Ia mengaku-ngaku sesuatu yang bukan miliknya. Yang Mahabesar dan berhak takabur hanyalah Allah SWT.

Takabur bagaikan bagaikan bau busuk yang sulit sekali disembunyikan. Orang yang mengidap penyakit ini sangat mudah dilihat oleh orang awam sekali pun, serta mudah dirasakan hati siapa pun.

Apa ciri orang takabur itu? Rasulullah SAW bersabda, "Kesombongan adalah mendustakan kebenaran dan merendahkan orang lai."

(HR Muslim)

Mendustakan kebenaran
Meremehkan agama. Orang sombong hidupnya jauh dari agama. Ia memiliki kebenaran versinya sendiri, sehingga tidak menyukai orang-orang shalih. Tidak mau dan tidak menyempatkan belajar agama. Waktunya tersita untuk mencari dunia dan memuaskan hawa nafsu.

Malas beribadah. Ada saja alasan untuk tidak beribadah. Tidak menyukai nasehat berkaitan dengan kebenaran. Tidak mau ingat dan taat pada Allah. Meremehkan dan tidak mau meneladani para nabi. Dia lebih suka meniru idolanya sendiri.

Tidak percaya pada hal-hal gaib. Tidak mau dekat dengan orang shalih kecuali kalau ada maunya. Bila kesombongannya sudah memuncak, ia akan memusuhi agama dan akan melakukan pelbagai cara agar sinar agama meredup. Bila ia punya kekuasaan, maka kekuasaan itu akan dipakai menumpas kebenaran.

Merendahkan Orang Lain
Ingin selalu kelihatan lebih tinggi. Ingin selalu diistimewakan. Ia akan tersinggung bila disamakan dengan orang yang levelnya dianggap lebih rendah. Suka mendominasi pembicaraan, senang memotong perkataan orang lain, nadanya pun cenderung lebih keras dan merendahkan yang mendengar. Ia pun selalu ingin menang sendiri saat bicara.

Kurang suka mendengarkan orang lain. Bila orang lain berbicara dan pembicaranya dianggap lebih rendah levelnya, dia tak akan mau memperhatikan. Ada saja yang dilakukannya: ngobrol, menelpon, atau lainya. Akibatnya, orang yang bicara merasa direndahkan.

Kalau ia menyuruh, maka yang disuruh akan sakit hati. Cara duduk, berdiri, dan menunjuk pun cenderung tidak menghormati orang lain

Mudah marah dan kasar. Sering menghina, mencaci maki. Jarang sekali mau memuji dan mengakui kelebihan orang lain. Jarang berterima kasih. Tidak mau meminta maaf. Pantang menerima kritik dan saran. Tidak suka bermusyawarah. Tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangan. Sering dengki pada yang lain.

Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk menghindari ketakaburan sekecil apa pun. Amin.

( Abdullah Gymnastiar )

Nasihat untuk Ikhwan dan Akhwat 3

NASEHAT UNTUK IKHWAN DAN AKHWAT

Oleh

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz

Bagian terakhir dari Tiga Tulisan [3/3]


Nasihat agar berlomba dalam halaqah ilmu, menaruh perhatian besar terhadapnya, dan tamak untuk berkumpul dalam rangka tilawatul qur'an dan saling mengajarkannya


Salah satu upaya untuk menjaga shalat fajar tepat pada waktunya dan melaksanakannya secara berjamaah, maka hendaklah seseorang bersegera untuk tidur dan tidak begadang terlalu malam.

Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membenci tidur sebelum Isyak dan ngobrol sesudahnya.

Disyariatkan bagi mukminin dan mukminat mencurahkan segala kemampuannya untuk menjaga shalat agar tepat pada waktunya tidak begadang setelah Isyak, karena hal itu terkadang menjadikan seseorang ketiduran --ketinggalan Shalat Fajar--. Seyogyanyalah pada saat-saat yang perlu dicermati ini kita saling tolong menolong agar bisa melaksanakannya. Sebagaimana layaknya tolong menolong antar anggota keluarga dalam menunaikan urusan shalat Fajar ini.

Allah berfirman :

"Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran". (Al-Maidah : 2)

"Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". (Al-Ashr : 1-3).

Wajib bagi kaum muslimin saling memberi nasehat dan berwasiat tentang kebenaran, tolong menolong dalam kebaikan, dan amar ma'ruf nahi mungkar sebelum terjadinya hukuman dari Allah. Telah ada hadist shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkenan dengan perkara tersebut :

"Artinya : Sesungguhnya manusia, apabila melihat kemungkaran dan tidak berupaya untuk merubahnya, dikhawatirkan Allah akan menyegerakan hukuman bagi mereke secara umum".

"Artinya : Ad-dien itu adalah nasihat, ad-dien itu adalah nasihat, ad-dien itu adalah nasihat'. (Nasihat artinya sucinya hati atau ikhlas). Maka bertanyalah sahabat, 'Untuk siapa Ya Rasulullah ?'. Nabi menjawab : 'Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan Imam-imam kaum muslimin, serta kaum muslimin semuanya".

Berkata Jarir bin Abdullah Al-Bajaliy Radhiyallahu anhu.

"Artinya : Aku membai'at Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menegakan shalat, menunaikan zakat dan nasehat untuk setiap muslim".

Disyari'atkan bagi setiap muslim manakala mendengar ajaran yang berfaedah agar menyampaikannya kepada yang lain, demikian pula muslimat agar supaya menyampaikan kepada yang lain, manakala mendengar ilmu yang bermanfaat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi, "Sampaikan ajaran dariku sekalipun hanya satu ayat".

Adalah Nabi manakala berkhotbah di hadapan manusia beliau bersabda : "Hendaklah orang yang menyaksikan (hadir) menyampaikan kepada yang tidak hadir, adakalanya seorang penyampai ajaran (mubaligh) tidak lebih menguasai dari yang sekedar mendengar".

Sabdanya lagi :

"Artinya : Barangsiapa meniti jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan permudah baginya jalan menuju jannah".

Termasuk dalam hadits ini adalah, bagi siapa saja yang datang ke masjid, atau tempat yang terdapat disana halaqah ilmu dan pengajaran ilmu yang bermanfaat. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kabaikan, maka Allah fahamkan dia terhadap agama.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Allah pasti melihat dengan kasih sayang-Nya terhadap seseorang yang mendengar perkataanku (Nabi), lalu meresponnya dengan baik kemudian melaksanakannya sebagaimana yang di dengar, adakalanya pembicara (mubaligh) itu lebih pandai daripada pendengar adakalanya mubaligh itu menyampaikan kepada yang lebih pandai darinya".

"Artinya : Tidalah suatu kaum itu berkumpul di rumah-rumah Allah, kemudian mereka membaca kitabullah dan saling mengajarkan di antara mereka kecuali rasa tenang akan turun kepada mereka, mereka akan Allah dengan rahmat dan akan dikelilingi Malaikat serta mereka diingat Allah tentang apa-apa yang ada di sisi-Nya".

Ini menunjukkan disyariatkannya berlomba dalam halaqah ilmu, menaruh perhatian besar terhadapnya, dan tamak untuk berkumpul dalam rangka tilawatul qur'an dan saling mengajarkannya.

Diantaranya ialah mendengarkan acara-acara keagamaan, penyampaian hadits-hadits yang bermanfaat, penyiaran tilawah qur'an yang dipandu oleh mereka yang dipandang mampu dalam bidang ilmu agama dan bashirah (hujjah) serta kebaikan aqidah.

Sebagaimana sudah dimaklumi, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah, sudah semestinya dilakukan berdasarkan ilmu. Manusia tidak akan mengerti hakekat ibadah yang telah dibebankan kepadanya kecuali dengan belajar dan mendalami agama. Allah berfirman :

"Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (Adz-Dzariyat : 56).

Ibadah yang bagaimanakah yang diwajibkan kepada kita untuk mempelajari dan mempelajarinya ? Yaitu segala sesuatu yang disyari'atkan Allah dan dicintainya untuk dilakukan hamba-Nya, seperti shalat, zakat, shiyam dan selainnya. Kemudian Allah berfirman :

"Artinya : Dan orang-orang yang membayar zakat".

Zakat adalah haqqul mal, Allah mewajibkan kepada setiap muslim untuk mengeluarkan zakat dari sebagian hartanya kepada yang berhak menerima. Allah mewajibkan bagi pembayar zakat agar ikhlas karena Allah berharap pahala-Nya serta takut terhadap hukumannya. Allah berfirman :

"Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin". (At-taubah : 60).

Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya :

"Artinya : Mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya".

Setelah Allah menyebutkan shalat, zakat, loyalitas diantara kaum mukmin, amar ma'ruf nahi mungkar, Allah berfirman :

"Artinya : Mereka mentaati Allah dan Rasul-Nya".

Yaitu, (taat) dalam segala sesuatu, seperti taat dalam masalah amar ma'ruf nahi mungkar, shalat dan zakat. Pendek kata, mentaati Allah dalam segala hal.

Demikian sifat mukminin dan mukminat, yaitu mereka selalu mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam setiap perintah dan larangan-Nya dimanapun mereka berada. Agama seseorang tidak akan sempurna kecuali dengan ketaatan yang utuh kepada-Nya.

Allah berfirman :

"Artinya : Mereka itulah orang-orang yang akan mendapat karunia Allah".

Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya orang-orang yang istiqamah dalam agamanya, menunaikan kewajiban terhadap Allah, mentaati-Nya dan mentaati Rasulullah Shallalalhu 'alaihi wa sallam, mereka itulah yang berhak mendapat karunia di dunia dan di akhirat karena ketaatannya kepada Allah, keimanan dengan-Nya serta pelaksanaan kewajiban terhadap-Nya.

Hal itu juga menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi orang yang berpaling, lalai dan orang-orang yang mengabaikan kewajiban, maka bagi mereka sama halnya dengan menyodorkan dirinya untuk di adzab Allah dan dimurkai-Nya.

Rahmat Allah bisa diperoleh dengan amal shalih dan kesungguhan dalam mentaati Allah dan menegakkan perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berpaling serta mengikuti hawa nafsu atau setan, maka baginya naar pada hari kiamat.

Allah berfirman :

"Artinya : Adapun orang-orang yang melampui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya narlah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya janahlah tempata tinggal(nya)". (An-Naziat : 38-41).

Kita memohon kepada Allah dengan Asma'ul Husna-Nya dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga Allah menunjukkan kita dan segenap kaum muslimin kepada ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, semoga Allah memperbaiki hati kita dan amal kita sekalian, semoga Allah memberi rezeki berupa kemampuan melaksanakan Tawashau bil haq dan tawashau bish shabr, tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, mengutamakan akhirat atas dunia, mempunyai keinginan untuk tetap memiliki keselamatan hati dan amal, ambisi untuk bermanfaat bagi kaum muslimin di manapun mereka berada.

Kita memohon kepada Allah semoga Dia memenangkan agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, membimbing para pemimpin kaum muslimin keseluruhan, memperbaiki hati dan amal mereka, memberi mereka pemahaman agama dan kelapangan hati untuk berhukum dan memutuskan perkara dengan syari'at-Nya, tetap istiqamah di jalan-Nya. Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kita dan seluruh kaum muslimin di segala penjuru dari berbagai macam fitnah dan ujian, menghinakan musuh-musuh Islam di manapun mereka berada, membatasi ruang lingkup kekuasaan mereka, serta menolong ikhwan-ikhwan kita para mujahidin fie sabilillah di setiap tempat. Sesungguhnya Allah pemimpin kaum muslimin dan Maha Kuasa atasnya.

Wa shalallahu wasallam 'ala nabiyina Muhammadin wa alihi shahbihi ajma'iin.


Disalin dari buku Akhlaqul Mukminin wal Mukminat, dengan edisi Indonesia Akhlak Salaf, Mukminin dan Mukminat, oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, hal. 50-58, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Ihsan


Nasihat untuk Ikhwan Akhwat 2

NASEHAT UNTUK IKHWAN DAN AKHWAT

Oleh

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz

Bagian kedua dari Tiga Tulisan [2/3]

Nasihat mengenai masalah Sholat


Selayaknya, seorang mukmin dan mukminah senantiasa memperhatikan timing yang tepat dalam beramar ma'ruf nahi mungkar. Janganlah berputus asa apabila ditolak pada hari itu. Sebab bisa jadi akan diterima besok lusa. Seorang mukmin dan mukminah janganlah berputus asa dalam mengingkari kemungkaran, tetapi hendaklah terus menerus dilakukannya. Hendaklah selalu menegakkan amar ma'ruf dan an-nasihah untuk hamba-Nya disertai dengan husnudhan dan mengharap besarnya pahala yang ada di sisi Allah.

Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Artinya : Mereka menegakkan shalat dan membayar zakat".

Demikianlah karakteristik mukminin dan mukminat, mereka selalu menegakkan shalat dan menjaga ketetapan waktunya. Bagi laki-laki melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah bersama para ikhwan yang lain. Mereka bergegas menuju masjid tatkala mendengar muadzin berseru : "Hayya 'alash shalaah hayya 'alal-falaah". Mendengar serua muadzin itu mereka akan bersegera ke masjid di setiap saat.

Menjadi kewajiban bagi setiap mukmin untuk takut kepada Allah dalam meninggalkan shalat berjamaah, serta berhati-hati terhadap musibah yang banyak menimpa manusia (musibah tidak shalat berjamaah). Berlindunglah kepada Allah dari akibat shalat di rumah dan ketinggalan shalat di masjid. Keadaan mereka nyaris menyerupai keadaan kaum munafik. Ia melaksanakan shalat farhdu di rumah, padahal Allah telah mengaruniakan kesehatan kepadanya, barangkali juga ia mengakhirkan shalat Shubuh hingga terbitnya matahari, bahkan sampai waktu ia akan berangkat kerja baru melaksanakan shalat Shubuh, atau bahkan ia tinggalkan shalat sama sekali. Ini adalah musibah yang besar dan kemungkaran yang membahayakan, karena shalat adalah tiangnya Islam. Barangsiapa menjaga berarti menjaga agamanya, barangsiapa menyia-nyiakannya tentulah ia akan lebih menyia-nyiakan hal yang lain, barangsiapa meninggalkannya maka termasuk kafir. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut :

" Artinya : Perjanjian yang mengikat antara kita dengan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka telah kafir".

Kafirnya orang yang meninggalkan shalat adalah berlaku umum bagi laki-laki dan juga wanita. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih menegaskan lagi dalam sabdanya :

"Artinya : Batas antara seseorang (mukmin) dengan kekafiran atau kemusyrikan adalah meninggalkan shalat".

Tidak dibenarkan bagi mukminin dan mukminat meremehkan perkara shalat. Bagi laki-laki, tidak boleh menunaikan shalat di rumah dengan meninggalkan jamaah di masjid, bahkan menjadi kewajiban bagi laki-laki untuk menunaikannya di masjid.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Barangsiapa mendengar adzan kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur".

Telah datang menghadap Nabi seorang laki-laki lalu berkata : "Ya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, saya seorang yang buta, saya tidak mempunyai penunjuk jalan yang dapat menghantarkan saya ke masjid, apakah ada keringanan bagi saya untuk shalat di rumah ?" Nabi bersabda : "apakah Anda mendengar panggilan adzan untuk shalat ?" Dia menjawab : "Saya mendengar". Nabi bersabda : "Datangilah panggilan adzan itu".

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memberi rukhsah (keringanan) bagi laki-laki tadi padahal sesungguhnya dia buta, dia tidak memiliki seorang penunjuk jalan yang membimbingnya ke masjid. Bagaimana dengan laki-laki yang keadaan penglihatannya sehat ?!!.

Telah dikuatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang keharusan mendatanngi shalat jamaah di masjid dengan sabdanya :

"Artinya : Sungguh aku ingin sekali perintahkan segera ditunaikannya iqamat untuk shalat dan akan aku perintahkan di antara kalian agar salah seorang mengimami shalat, di saat itulah aku ingin pergi bersama para laki-laki yang sudah siap dengan kayu bakar, menuju rumah kaum lelaki yang tidak shalat berjamaah dan akan aku bakar rumah-rumah mereka".

Hal ini menunjukkan besarnya perintah tersebut, maka wajiblah bagi kaum muslimin memperhatikan shalat jamaah dan untuk bersegera mendatangi masjid setiap kali mendengar adzan. Waspadalah dari rasa malas dan berat hati melaksanakan shalat jamaah, sebab keduanya adalah merupakan sifat-sifat orang munafik. Na'udzubillah kita berlindung kepada Allah dari sifat-sifat mereka.

Allah berfirman :

"Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikir sekali". (An-Nisaa' : 142).

Wajib atas setiap muslim dan muslimah untuk memperhatikan masalah shalat karena shalat adalah pilar penyangga Islam, shalat merupakan rukun Islam terbesar setelah dua kalimat syahadat, barangsiapa menjaganya berarti telah menjaga agamanya, barangsiapa menyia-nyiakannya berarti menyia-nyiakan agamanya. --Wala haula wala quwwata illa billah--. Barangsiapa menjaga shalatnya, menegakkannya dengan khusyuk dan tidak mendahului imam, maka mereka mendapat kebahagiaan sebagaimana firman Allah :

"Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya". (Al-Mukminun : 1-2).

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Seburuk-buruk pencurian yang terjadi pada manusia adalah ; 'manusia yang mencuri dalam shalatnya'. Sahabat bertanya : 'Bagaimana terjadi pencurian dalam shalat ?'. Nabi Menjawab :'Shalat yang tidak sempurna rukuknya atau sujudnya".

Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang buruk dalam melakukan shalat, yaitu dengan tidak menyempurnakan rukuknya atau sujudnya, maka Nabi memerintahkan laki-laki tersebut agar mengulangi lagi shalatnya.

Nabi bersabda :

"Artinya : Apabila engkau menunaikan shalat, maka sempurnakanlah wudlu, kemudian menghadaplah qiblat, kemudian bertakbirlah, bacalah apa yang mudah bagimu dari sebagian surat Al-Qur'an, rukuklah hingga sempurna rukukmu (tumakninah) kemudian beridirilah hingga lurus tegak, kemudian sujudlah hingga tumakninah sujudmu, kemudian angkatlah kepalamu dari sujud hingga engkau tumakninah dudukmu, kemudian sujudlah hingga tumakninah sujudmu dan kemudian lakukanlah hal itu dalam seluruh shalatmu".

Kebanyakan manusia melakukan shalat dengan mematuk (gerakan terlalu cepat seperti ayam mematuk makanan). Tidak diragukan lagi bahwa perbuatan itu adalah mungkar. Barangsiapa melakukan shalat dengan mematuk maka batal-lah shalatnya berdasarkan hadits tersebut diatas.

Shalat wajib dilakukan secara tumakninah dalam hal rukuk, sujud, i'tidal setelah rukuk, antara dua sujud dan berhati-hati untuk tidak mendahului imam. Apabila imam bertakbir janganlah segera langsung takbir tapi tunggulah hingga suara takbir imam selesai. Apabila imam berseru "Allahu Akbar" untuk rukuk maka janganlah langsung rukuk, tunggulah hingga imam lurus rukuknya dan berhenti, setelah itu lakukan rukuk. Demikianlah pula dalam sujud, janganlah mendahului imam, jangan pula bersamaan dengan imam, tidak boleh bersamaan dengan imam tidak boleh pula mendahului imam.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Sesungguhnya aku adalah imam kalian maka janganlah kalian mendahuluiku dalam rukuk dan sujud, ketika berdiri atau ketika mengakhiri shalat"

"Artinya : Sesungguhnya seseorang itu diangkat menjadi imam untuk diikuti maka janganlah kalian menyelisihinya, apabila imam takbir ikutilah kalian takbir dan janganlah kalian takbir hingga imam terlebih dahulu takbir dan apabila imam rukuk maka rukuklah kalian dan janganlah kalian rukuk hingga imam terlebih dahulu rukuk, apabila imam mengucap 'Sami 'allahu liman hamidah' berucaplah, 'Rabbana wa lakal hamdu'. Apabila imam sujud maka sujudlah dan janganlah kalian sujud hingga imam terlebih dahulu sujud".

Perkara ini sesungguhnya telah jelas --bagi setiap yang ingin melakukan shalat sesuai dengan tuntunan Allah-- akan tetapi sebagian manusia tidak sabar melakukannya, mereka cenderung bersegera dan mendahului imam dalam gerakan shalat --Wal iyadu billah-- Wajiblah bagi kita untuk mewaspadai hal itu.


DIsalin dari buku Akhlaqul Mukminin wal Mukminat, dengan edisi Indonesia Akhlak Salaf, Mukminn & Mukminat, oleh Syaikh Abdul Azin bin Abdullah bin Baaz, hal 42-50, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Ihsan

Kiat Bergaul Laki-laki dan Perempuan

Kiat Bergaul Antara Laki-laki dan Perempuan



KotaSantri.com : Allah SWT tidak melarang suatu perbuatan apapun melainkan untuk kebaikan dan kemuliaan kita, untuk menjauhkan kita dari kerugian, bahkan untuk melindungi kita dari kehinaan dan kenistaan. Termasuk larangan untuk mendekati zina misalnya, "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra [17] : 32).


Bukan jangan berzina, tapi jangan mendekati zina. Dengan kata lain, mendekati zina saja dilarang, apalagi berzina. Bagaimana cara untuk tidak mendekati zina? Hal ini tentu akan sangat berkaitan dengan bagaimana cara bergaul antara laki-laki dan perempuan. Berikut ini kiat bergaul antara laki-laki dan perempuan yang bisa kita amalkan baik di sekolah, kampus, kantor, atau dimanapun kita berada.


1. Menutup aurat


"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita mukminah, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka,....." (QS. Al-Ahzab [33] : 59).

Telah berkata Aisyah ra, "Sesungguhnya Asma binti Abu Bakar menemui Nabi SAW dengan dengan memakai busana yang tipis, maka Nabi berpaling darinya dan bersabda, "Hai Asma, sesungguhnya apabila wanita itu telah baligh (sudah haidh) tidak boleh dilihat daripadanya kecuali ini dan ini", sambil mengisyaratkan pada muka dan telapak tangannya." (HR Abu Daud).

Termasuk bagian dari penyempurnaan menutup aurat adalah menggunakan pakaian yang longgar (tidak ketat), tidak menggunakan kain yang transparan atau tipis, model dan warna pakaian pun sebaiknya tak terlalu menarik perhatian laki-laki, juga tak berlebihan dalam menggunakan wewangian.


2. Menundukkan Pandangan

"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya ; yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nuur [24] : 30). "Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya..." (QS. An-Nuur [24] : 31).

3. Tegas dalam berbicara


"Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik..." (QS. Al-Ahzab [33] : 32).


4. Menjaga jarak; tidak bersentuhan


Telah berkata Aisyah ra,
"Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai’atnya (mengambil janji) dengan perkataaan." (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).

5. Tidak berikhtilath (berdua-duaan)


"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Ahmad).

Laki-laki dan perempuan harus menutup aurat dan menjaga pandangan, tapi menjaga aurat lebih diutamakan bagi wanita sedangkan menjaga pandangan lebih diutamakan bagi laki-laki. Bila para wanita menutup aurat dengan baik, mudah-mudahan upaya tersebut bisa membantu kaum lelaki yang belum mampu mengendalikan diri agar lebih terjaga pandangannya. Sebaliknya, bila kaum lelaki senantiasa menjaga pandangannya, walau ada wanita yang kurang sempurna menutup auratnya, maka Insya Allah akan lebih mudah dalam mengendalikan diri.
(m1ta)

Nasihat untuk Ikhwan dan Akhwat

NASEHAT UNTUK IKHWAN DAN AKHWAT

Oleh

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz

Bagian pertama dari Tiga Tulisan [1/3]

Sikap terhadap AlQur`an dan mengenai amar Ma`ruf Nahi Munkar


Inilah nasehatku kepada ikhwan dan akhwat fillah pada khususnya, dan kepada seluruh manusia pada umumnya. Inilah nasehatku buat kalian dan juga buat diriku sendiri. Yaitu ; hendaklah kita senantiasa memperhatikan Al-Qur'an, merenungi makna-maknanya. mengahafalnya di luar kepala, tamak untuk terus menerus membacanya, sesekali membaca dengan cara melihat pada mushaf, kali lain membaca dengan hafalan tanpa melihat mushaf. Manakala pembaca Al-Qur'an tergolong yang sudah hafal maka ditindaklanjuti dengan merenungi, memikirkan, dan mencari faedah dari apa yang dibaca. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah :

"Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (Shad : 29).

Adapun pelaksanaannya yaitu dengan pengamalan, pemahaman dan pendalaman. Allah subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan Al-Qur'an untuk diamalkan, dikaji dan didalami. Allah berfirman :

"Artinya : Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat". (Al-An'am : 155).

Al-Qur'an ini diturunkan untuk diamalkan dan diikuti. Tidak semata-mata hanya untuk dibaca dan dihafal. Karena menghafal dan membaca itu sekedar perantara saja. Adapun yang dimaksudkan adalah memahami kitab dan sunnah disertai dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dan melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya. Hal itu terkumpul dalam perintah Allah Ta'ala di dalam surat At-Taubah : 71.

"Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (At-Taubah : 71).

Ayat ini merupakan kumpulan dari ayat-ayat yang secara menyeluruh menjelaskan sifat-sifat mukmin dan mukminat dan akhlaknya yang agung serta apa-apa yang diwajibkan atas mereka. Maka firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain". (At-Tubah : 71).

Ayat ini menunjukkan bahwa sesungguhnya mukminin dan mukminat, mereka itu adalah saling menjadi wali satu sama lain, mereka saling memberi nasehat dan saling mencintai karena Allah dan saling berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran dan saling tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa. Demikian sifat mukminin dan mukminat.

Seorang mukminin menjadi wali atas saudaranya fillah, yang laki-laki dan perempuan. Seorang mukminat menjadi wali bagi saudaranya fillah, baik yang laki-laki dan perempuan. Masing-masing diantara mereka merasa senang terhadap kebaikan (yang diperoleh) saudaranya. Mereka mendoakan kebaikannya, turut bahagia atas keistiqamahan saudaranya dan mencegah keburukan yang akan menimpanya, tidak melakukan ghibah padanya, tidak berbicara yang dapat menjatuhkan kehormatannya, tidak mengadu domba tidak memberikan persaksian palsu atasnya dan tidak memakinya, serta tidak memanggilnya dengan panggilan bathil. Demikianlah akhlak mukminin dan mukminat.

Manakala kau dapatkan dirimu menyakiti saudaramu fillah baik laki-laki atau perempaun misalkan dengan mengghibah, mencela, mengadu domba atau mendustainya dan lain semisalnya, ketahuilah bahwa keimananmu kurang atau engkau adalah orang yang lemah iman. Seandainya keimananmu itu benar-benar lurus lagi sempurna, niscaya kamu tidak akan mendhalimi saudaramu atau melakukan ghibah dan adu domba, atau memanggilnya dengan panggilan-panggilan bathil, atau memberikan persaksian palsu atau sumpah palsu atau mencacinya dan semisalnya. Maka keimanan kepada Allah, dan rasul-Nya, taqwa kepada Allah, kebaikan dan hidayah, kesemuanya itu mencegah seseorang melakukan tindakan yang menyakitkan saudaranya fillah baik laki-laki atau wanita. Mereka dilarang melakukan ghibah, cacian, kedustaan, memanggil dengan sebutan yang bathil, mempersaksikan dengan kedustaan dan berbagi macam tindak kezhaliman. Keimanan seseorang yang benar, merintangi dan menghalangi untuk berbuat berbagi tindakan yang menyakitkan saudaranya.

Allah berfirman :

"Artinya : ..... mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar,....." (At-Taubah : 71).

Inilah kewajiban yang besar yang didalamnya ada kebaikan bagi umat, kemenangan bagi agama dan terhindarnya sebab-sebab kebinasaan, kemaksiatan dan kejahatan.

Sudah selayaknya bagi mukminin dan mukminat untuk amar ma'ruf nahi mungkar. Seorang mukmin tidak akan berdiam diri melihat kemungkaran yang terjadi pada saudaranya, pastilah ia berusaha untuk mencegahnya. Apabila melihat pada diri saudara, bibi atau saudari perempuan yang lain melakukan kemaksiatan pastilah mereka akan mencegahnya. Apabila melihat pada diri saudaranya fillah meremehkan kewajiban pastikah akan mengingkarinya dan memerintahkannya kepada kebaikan. Itu semua dilakukan dengan bijak dan cara yang baik. Seorang mukmin apabila melihat saudaranya bermalas-malas dalam menunaikan shalat, melakukan ghibah, adu domba, minum khamr, merokok, mabuk-mabukan, durhaka kepada orang tua, memutuskan tali persaudaraan, pastilah ia akan mengingkarinya dengan ucapan yang baik dan cara yang tepat, ia tidak menuduhnya dengan sebutan yang dibenci atau dengan cara yang kasar. Allah telah memberikan penjelasan bahwa hal tersebut adalah dilarang.

Demikian pula jika ia melihat kemungkaran pada diri saudara perempuannya fillah, ia harus mengingkarinya. Seperti tatkala dia tidak patuh kepada orang tuanya, berlaku buruk pada suaminya, meremehkan pendidikan anak-anaknya atau meremehkan shalatnya, maka seorang mukmin harus mengingkarinya, baik (ia itu) suaminya, ayahnya, saudaranya, kemenakannya atau bahkan tidak ada hubungan kekerabatan dengannya. Sebaliknya jika seorang mukminah melihat pada diri suaminya sikap meremehkan (kewajiban), ia pun harus melarangnya. Seperti, jika ia melihat suaminya minum khamr, merokok,meremehkan shalat atau suaminya shalat fardhu di rumah (tidak di masjid), maka ia harus mengingkarinya dengan cara yang baik dan ucapan yang baik pula. Seperti dengan mengatakan (kepada suaminya), "Wahai Hamba Allah, bertaqwalah kepada Allah ! Sesungguhnya perbuatan itu tidak boleh kamu lakukan. Peliharalah shalat jama'ah. Tinggalkanlah apa yang telah diharamkan Allah kepadamu dari minuman yang memabukkan, merokok, mencukur jenggot, memanjangkan kumis atau isbal".

Kemungkaran-kemungkaran ini wajib diingkari oleh setiap orang beriman. Maka hal ini wajib atas suami dan istri, saudara, kerabat, tetangga, teman duduk dan yang lain untuk menegakkan kewajiban ini. Sebagaimana firman Allah :

"Artinya : .... mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar ....". (At-Taubah : 71).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Sesungguhnya, apabila manusia telah melihat kemungkaran, lalu ia tidak mau merubahnya, dikhawatirkan Allah akan meratakan adzab-Nya".

"Artinya : Barangsiapa di antara kamu sekalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman".

Perintah ini berlaku umum untuk seluruh bentuk kemungkaran, baik yang terjadi di jalan-jalan, di rumah, di masjid, di kapal terbang, di kereta api, di mobil atau di tempat mana saja. Perintah amar ma'ruf nahi mungkar itu berlaku secara umum baik kepada laki-laki atau perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan harus berbicara tentang amar ma'ruf dan nahi mungkar. Karena amar ma'ruf nahi mungkar membawa kebaikan dan keselamatan untuk semua pihak. Tak seorangpun boleh berdiam diri dari amar ma'ruf nahi mungkar semata-mata karena takut kepada setiap muslim atau takut kepada suami, saudara laki-laki atau fulan dan fulan. Setiap muslim harus tetap beramar ma'ruf nahi mungkar dengan cara yang baik dan ucapan yang mengena, tidak dengan cara yang kasar dan keras. Disamping juga memperhatikan waktu yang tepat. Ada kalanya, seseorang tidak bisa menerima pengarahan pada waktu tertentu, tetapi ia bisa menerima pengarahan pada waktu yang lain, bahkan dengan lapang dada.


Disalin dari buku Akhlaqul Mukminin wal Mukminat, dengan edisi Indonesia Akhlak Salaf, Mukminin & Mukminat, oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, hal 35-42, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Ihsan


La Tahzan

La Tahzan (Don't be Sad)

Judul di atas tertempel di meja kerja seorang teman. Wajahnya cerah menyimpan genangan air keikhlasan. Tatapan matanya berbinar seakan
tak ada rasa letih menghadapi gelombang kehidupan. Senyuman menghiasi dan membuktikan dia adalah orang yang menyenangkan.


Aku terheran-heran, hadirku ke dia karena kabar ujian hidup yang besar. Istrinya stroke, sebelah badannya lumpuh, anak pertamanya lahir cacat dengan kaki mengecil sebelah dan jalannya harus ditopang kruk. Tiga anaknya yang lain terserang hepatitis sehingga pertumbuhannya terhambat dan bayinya yang masih merah harus menjalani
terapi biru (penyinaran fototerapi dengan lampu biru) karena terindikasi adanya penumpukan bilirubin (bayi kuning).


Namun semua tak membuat dia sedih,''Kenapa kamu tidak sedikitpun nampak sedih, padahal ujian berat sedang menimpa ?'' tanyaku. Dengan tersenyum dia menjawab,''Saya manusia biasa tak luput dari rasa sedih, tapi kesedihan bukan penyelesai masalah, maka aku tulis 'La
Tahzan' dan tambahan Don't be Sad dari istriku agar aku tidak larut dengan kesedihan dalam menghadapi ujian''.


Kejadian diatas mengingatkan saya pada sebuah kitab yang dikarang oleh Dr. Aidh Al-Qarni yang berjudul La Tahzan yang tarjimnya diterbitkan oleh Qisthi press. Pada kitab tersebut diurai berbagai ujian yang menimpa manusia dan diberikan solusi agar tidak bersedih menghadapi semua ujian tersebut. Pada salah satu bahasannya memberikan resep agar tidak bersedih yaitu :

1) Percaya sepenuhnya kepada Allah.

2) Kesadaran bahwa semua yang telah Allah takdirkan akan terjadi.

3) Sabar adalah senjata paling ampuh yang dipergunakan oleh orang yang mendapat ujian. 4)Jika tidak sabar lalu apa yang bisa dilakukan. Dan tidak akan terbantu hanya dengan perasaan resah.

5) Mungkin saja akan berada dalam kondisi yang lebih jelek daripada kondisi saat ini.

6) Dari waktu ke waktu jalan keluar akan selalu
terbuka.

Memang dengan menerapkan resep diatas secara ruhiyah akan ter lapangkan diri ini dari heterogenitas problem kehidupan. Meletakkan setiap permasalahan pada porsi jiwa yang benar adalah obat mujarab untuk membuang rasa sedih gundah gulana. Pelajaran agar perilaku hidup yang gampang larut dalam duka terkikis habis oleh sifat sabar dan selalu memandang hari 'tomorrow will be better'. La Tahzan, sabar
dan optimisme bahwa setiap problem pasti ada jalan keluarnya, setiap penyakit ada obatnya.


Selanjutnya marilah kita renungkan kiat-kiat bahagia yang disarikan oleh seorang Doktor hadits yang hafizh ini :

Sadarilah bahwa jika Anda hidup hanya dalam batasan hari ini saja, maka akan terpecahlah pikiran Anda, akan kacau semua urusan, dan akan semakin menggunung kesedihan dan kegundahan diri Anda. Inilah makna sabda Rasulullah SAW ''Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore, dan
jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi''. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohan dan kegilaan.


Jangan menyibukkan diri dengan masa depan, sebab ia masih berada di alam ghaib. Jangan mudah tergoncang oleh kritikan. Jadilah orang yang teguh pendirian, dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri Anda setara dengan kritikan tersebut. Beriman kepada
Allah, dan beramal shaleh adalah kehidupan yang baik dan bahagia.

Barangsiapa menginginkan ketenangan, keteduhan, dan kesenangan maka dia harus berdzikir kepada Allah. Persiapkan diri Anda untuk menerima kemungkinan terburuk. Berfikirlah tentang nikmat, lalu bersyukurlah.
Anda dengan semua yang ada pada diri Anda sudah lebih banyak daripada yang dimiliki orang lain. Dari waktu ke waktu selalu ada jalan keluar. Dengan musibah hati akan tergerak untuk berdo'a. Musibah itu akan menajamkan nurani dan menguatkan hati. Sesungguhnya setelah
kesulitan itu akan ada kemudahan. Jangan pernah hancur hanya karena perkara-perkara yang sepele. Jangan marah, jangan marah, jangan marah !!. (dan langit ter dapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu)(QS Adz-Dzariyat:22). Kebanyakan
yang anda takutkan tidak pernah terjadi. Pada orang-orang yang ditimpa musibah itu ada suri tauladan. Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan memberikan cobaan atas mereka.


Anda harus melakukan perbuatan yang baik dan membuahkan dan tinggalkan kekosongan. Tinggalkan semua kasak-kusuk, dan jangan percaya kepada kabar burung. Kedengkian dan keinginan Anda yang kuat untuk membalas dendam itu hanya akan membahayakan Anda sendiri, lebih besar daripada bahaya yang menimpa pihak lawan. Semua musibah yang menimpa diri Anda adalah penghapus dosa-dosa.


Hidup memang tidak untuk larut dalam kesedihan yang berkepanjangan.

Hidup juga bukan media untuk memuja-muja kegembiran, semua telah diatur berdasarkan regulasi langit yang menjadi hak absolute dari Sang Pencipta. Sebagai mahluk, manusia dibekali dengan apa yang disebut rasa, ada rasa sedih, ada rasa gembira, ada rasa takut, ada rasa gembira, dan berbagai rasa lainnya. Kini yang dituntut adalah bagaimana mampu memanage rasa itu untuk stabil berada dalam ketentuan
Tuhan.
Maka sungguh berartinya tulisan 'La Tahzan (Don't be Sad) itu.